Pembangunan
Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses
pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa
berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan
lain-lain akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya
berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara
tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan
masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada
berbagai bidang yang lain.
Sektor
Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan
nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun
ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Sedangkan yang dimaksud dengan
industri adalah suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif
yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
1.1
Pengertian Pembangunan Industri
Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian,
industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil
secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan
barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam
industri itu disebut dengan perindustrian.
Dari
definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam
industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju
tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha
tersebut.
Cara
penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan
bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang
digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut,
semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka ragam
jenis industrinya.
1.2 Masalah
Perindustrian di Indonesia
a. Basis
Ekspor dan Pasarnya yang sempit.
Hal
ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri ini memiliki
kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada tidak terpenuhi.
Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang menyebabkan barang produksi
menumpuk tak terdistribusi
b. Ketergantungan
Pada Impor yang sangat tinggi.
Indonesia
sangat kurang dalam segi SDMnya, sehingga banyak meg-impor tenaga kerja asing
beserta mesin mesin produksi. Dalam hal ini, membuat tenaga kerja Indonesia
bukan bertambah maju, akan tetapi semakin anjlok nilainya
c. Konsentrasi
Regional
Pada
permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkaembang secara merata. Artinya
di Indonesia hanya terpusat akan satu daerah saja yang dikembangkan dalam
sector industri manufaktur ini.
d. Tidak
adanya Industri yang Berteknologi menengah
Seperti
disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi juga amat sangat
mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka dari itu dibutuhkannya
alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar bisa menciptakan hasil produk
yang bermutu tinggi serta mempunyai kualitas ekspor yang baik pula.
1.3 Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi
Pada
beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan
dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci
sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat
besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan
nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang
diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan
kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor
industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan
secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri.
Peranan
sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting
karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi
pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya
memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai
tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan strategi untuk meningkatkan kapasitas industri. Diantara cara yang
ditempuh, yaitu :
a. Kemampuan
teknologi dan inovasi.
b. Laju
pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c. Kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d. Besar
pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e. Ciri
industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan
SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
1.4 Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan
pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam Pola
Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian
(dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
a.
Pengembangan industri yang diarahkan
untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor
lainnya.
b. Pengembangan
indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
c. Pengembangan
industri kecil.
d. Pembangunan
ekspor komoditi industri.
e. Pembangunan
kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya perangkat lunak
dan perekayasaan.
f. Pembangunan
kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa manajemen, keahlian,
kejujuran serta keterampilan.
1.5 Perkembangan Sektor Industri
Manufaktur Nasional
Sektor
industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat
pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan
sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous
economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri
manufaktur merupakan kontributor
utama.
Untuk
melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini,
perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara
lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry
manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun
laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN
lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan
tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi pengembangan industri Indonesia
ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yang
berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu
pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun
daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah
upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri
pendukung (supporting industries), industri terkait (related
industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait.
Untuk menentukan
industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi
penawaran maupun sisi permintaan, untuk melihat kemampuannya bersaing di dalam
negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing internasional, merupakan kata
kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi
sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu
kabupaten-kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting.
Sehingga dengan dukungan aspek kelembagaan yang mengatur tugas
dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara
sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan sukses
atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.
2.1 Peranan Industri dalam
Kemajuan Perekonomian
Konsep
pembangunan sering dikaitkan dengan proses industrialisasi, oleh karena sering
kali pengertiannya dianggap “sama”. Negara maju pertama adalah Inggris.
Revolusi industri, seringkali inovasi yang menghemat biaya lewat mesin uap,
memungkinlan Inggris untuk meningkatkan produksi industrinya sebesar 400 persen
selama paruh pertama abad ke 19. Sejak itu sampai sekarang ini kriteria utama
dari pembanguan adalah kenaikan pendapatan per kapita yang sebagian besar
disebabkan oleh adanya industrrialisasi.Dua Negara yang paling sukses
pembangunannya pada awal abad ke 20, Jepang dan Uni Sovyet, juga disebabkan
oleh adanya industrialisasi di negaranya masing-masing.
Proses
industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur
kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan
industry itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan rakyat bukan
merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi
tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya.
Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas
tenaga manusia disertai untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan
demikaian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada
kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan
kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Kita
telah sering mendengar pendapat bahwa industry itu mempunyai peranan sebagai
sector pemimpin (leading sectos). Leading sector maksudnya adalah
dengan adanya pembangunan industry maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
sektor-sektor lainnya seperti sector pertanian dan sector jasa, misalnya.
Pertumbuhan industry yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian
untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industry. Sector jasapun berkembang
dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga
keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan
mendukung pertumbuhan industry.seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan
menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya belinya). Kenaikan pendapatan dan
peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itutumbuh
dan sehat.
Dari
uraian diatas biasa ditelaah peranan industry dalam perkembangan structural
pada suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan
sector industry pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja
yang terserapdi sector industry, dan sumbangan komoditi industrinterhadap
ekspor barang dan jasa.
Menurut
criteria UNIDO (United Nations
for Industry Development Organization) Negara-negara dikelompokkan sebagai
berikut:
a.
Kelompok Negara non-industri (non-industry
country) apabila sumbangan sector industryterhadap PDB kurang dari 10 persen.
b.
Kelompok Negara dalam proses
industrialisasi (industrializing country) apabila sumbangan tersebut antara
10-20 persen.
c.
Kelompok Negara semi industri (semi industrialized country) jika
sumbangan tersebut antara 20-30 persen, dan
d.
Kelompok Negara industri (industry country) jika sumbangan
tersebut lebih dari 30 persen.
2.2 Strategi Pengembangan Industri
2.2.1
Industri Substitusi Impor (ISI)
Salah
satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan di indonesia, sejak zaman
pemerintahan ORBA adalah industri substitusi impor (ISI). ISI ini mengharapkan
bisa menghasilhan barang-barang baru didalam negeri yang semula di impor
setelah substitusi impor ini berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya
diekspor. Jadi substitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan
barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan
untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan
negara lain, namun demikian. Berikut ini dijelaskan beberapa alasan penting:
a. ISI
ini dilakukan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti
diketahui, hampir semua di negara NSB sering kali mengalami kekurangan devisa.
Oleh karena itu devisa yang sedikit dimiliki harus digunakan secara efektif dan
efisien.
b. Dengan
adanya isi ini biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadap dengan cara pemb
atasan barang impor terseut tentu saja akan mengurangin jumlah
barang-barang impor, sementara permintaan barang-barang dalam negeri itu masih
tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk
meningkatkan barang produksi barag-barang yang terkena pembatasan impor
tersebut, dengan kata lain ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha
didalam negeri.
c. ISI
ini bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan
berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di
NSB, yang kemudian di ikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam
bidang ekonomi.
2.2.2
Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut
Anne Krueger (1978). Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang dapat
menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi impor, ke
empat faktor tersebut adalah:
a. Kaitan
sektor pertanian dengan sektor industri
Pertumbuhan
sektor pertanian yang pesat memang penting sekali bagi pertumbuhan ekonomi pada
umumnya, namun pengalaman dari korea selatan (yang sejak tahun 1961 telah
menempuh strategi promosi ekspor) telah menunjukkan bahwa dengan strategi
promosi ekspor, kaitan antara keberhasilan sektor pertanian dan keberhasilan
sektor industri tidak begitu erat seperti di bawah strategi substitusi impor.
Hal ini disebabkan karena di NSB telah menempuh strategi promosi ekspor
ternyata telah berhasil cukup cadangan devisa untuk mengimpor pangan (jika
perlu) dari pada negara-negara yang telah menempuh strategi substitusi
impor.karena strategi substitusi impor ternyata justru mempunyai kepadatan
impor yang tinggi. Dengan demikian biaya oportunitas impor pangan tinggi
sekali, karena devisa yang langka ini tidak dapat digunakan untuk impor yang
lainnya yang penting, misalnya barang-barang modal untuk pembangunan.
b. Skala
ekonomis
Bagi
industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale) adalah
penting,maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang kuat
kepada perusahaan-perusahaan baru dari pada dibawah substitusi impor.Karena
perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi. Produksi dan
pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan
strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi
yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para
industrialis sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka
dari pasar dunia.
c. Persaingan
Suatu
segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan
dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajagi berbagai cara
untuk menekan biayaproduksi mereka sampai ketingskt yang serendah-rendahnya
sehingga hasil-hasil produksinya mereka bisa bersaing dalam hal harga
(price competitive) dipasar ekspor, maka persaingan ketat dipasar ekpor juga
akan mengahruskan para industriawan untuk mengadakan pengendalian mutu (quality
control) yang ketat pula, mengadakan modifikasi dalam desain barang-brang
sesuai dengan perubahan selera masyarakat dalam kemajuan teknologi baru,
an memastikan pengadaan barang-barng sesuai dengan jadwal engadaan yang telah
ditetapkan.
d. Kekurangan
Devisa
Pengalaman
NSB,termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa kekurangan devisa telah
menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada tingkat makro ekonomi, skala
investasi nsioanal perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa ditahun-tahun
mandatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa. Pada tingakt micro ekonomi,
berbagai proyek pembangunan mungkin perlu dijadwalkan kembali(seperti yang
dilakukan indonesia pada tahun 1983 sebagai akibat dari defisit tarnsaksi
berjalan telah dialami sejak tahun 1982 dengan berakhirnya rizki minyak dan
demikian juga pada tahun 1991 sebagai akibat dari adanya boomimg investasi
pasca derugulasi perbankan) atau terpaksa dihentikan jika impor bahan-bahan
baku, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang modal tidak dapat
dilanjutkanakibat kekurangan devisa.
2.3 Pola Pengembangan Industri
Langkah-langkah
pokok dalam pola pengembangan industri adalah:
a. Pengembangan
industri yang berorientasi pasar
Dalam
rangka meningkatkan ekspor hasil industri dan mendorong perkembangannya
keanekaragaman ekspor hasil industri. Langkah yang ditempuh adalah memacu
perkembangan industri-industri yang berorientasi ekspor, baimyang berskala
besar,menengah maupun kecil, yang semakin banyak terdapat dan tersebar
diseluruh daerah.
b. Pendalaman
dan penguatan sektor industri
Melanjutkan
pendalaman struktur industri, terutama cabang atau jenis industri yang telah
teridentifikasi memiliki hubungan keterkaitan antara industri atau dengan
sektor ekonomi lainnya cukup besar. Langkah ini di tujukan sebagai usaha
untuk memperkokoh struktur industri dan mengurangi ketergantungan impor hasil
produk-produk industri.
c. Pengembangan
industri kecil
Meningkatkan
indusrti kecil dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan memperluas lapangan
kerja serta meningkatkan dan memeratakan pendapatan dan mendorong laju
pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif tertinggal.
d. Pengembangan
industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri)
Meningkatkan
pengembangan industri pengolahan hasil pertanian sebagai upaya memanfaatkan
seoftimal munkin potensi sektor pertanian dan sektor lainnya dalam rangka
meningkatkan nilai tambah produksi nasional dan memperkokoh strukur ekonomi.
e. Peningkatan
penguasaan dan penyebaran tekhnologi
Melaksanakan
penigkatan dan penguasan pengembangan penguasaan dan penyebaran tekhnologi
terapan disektor industri, dalam rangka usaha merintis pengembangan hasil
industri yang memiliki keunggulan komparatif dari segi tekhnologi dan ekonomi,
serta menunjang usaha pendalaman struktur industri, peningkatan ekspor hasil
industri dan pengembangan industri kecil.
f. Pengembangan
langkah penunjang
Langkah
lainnya yang bersifat menunjang langkah-langkah pembangunan industri meliputi
indusrti antara lain pengembangan sistem informasi indistri dan perencanaan
pengembangan industri nasional, perencanaan tenaga kerja industrial, penigkatan
pendidikan dan latihan ketermpilan baik bagi tenaga kerja swasta mauppun bagi
pegawai Depertemen teknis yang terkait, penyempurnaan prasarana dan sarana
fisik pemerintah terutama didaerah, dan peningkatan efisiensi dan pendayagunaan
aparatur pemerintah dan pengawasan. Dalam hal ini juga penyebaran informasi
tentang dimensi perwilayahan dari perkembangan industrialisasi dalam
bentuk perkembangan wilayah pusat pertumbuhan industri serta pengembangan
kawasan industri.
2.4 Pembangunan
yang Ideal
Sektor
Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan
telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini
dapat dipahami mengingat berbagai kekayaan sumber daya alam kita yang memiliki
keunggulan komparatif berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk
industri untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Sesuai dengan
tahapan perkembangan negara kita, sudah saatnya kita melakukan pergeseran
andalan sektor ekonomi kita dari industri primer ke industri sekunder,
khususnya industri manufaktur nonmigas.
Membangun
sektor industri pada era globalisasi tentu membutuhkan strategi yang tepat dan
konsisten, sehingga dapat mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing
baik di pasar domestik maupun di pasar global, yang pada gilirannya mampu
mendorong tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.
2.4.1
Pembangunan Seimbang Dan Pembangunan
Tidak Seimbang
a. Kebijakan
Pembentukan Modal : Pembangunan Seimbang Dan Tidak Seimbang
Teori
pembangunan seimbang (balanced growth) teori ini mengharuskan adanya
pembangunan yang serentak dan harmonis diberbagai sektor, baik itu sektor
industri, sektor pertanian, sektor luar negeri maupun sektor domestik. Maka
dari itu dalam pembangunan seimbang sangat diperlukan keseimbangan antara sisi
permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan memberikan tekanan pada
pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi
menekankan penawaram barang sedangkan di sisi penawaran akan berhubungan dengan
penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar dan penambahan pendapatan agar
barang dan jasa dapat tumbuh.
Maksud
Pelaksanaan pembangunan seimbang ini adalah untuk menjaga agar proses
pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam :
·
Memperoleh bahan baku, tenaga ahli,
sumber daya energi ( air danlistrik ), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut
hasil-hasil produksi kepasar.
·
Memperoleh pasar untuk barang-barang
yang telah dan yang akan diproduksikan.
Dengan
melihat hambatan-hambatan diatas maka pembangunan seimbang juga dapat diartikan
sebagai usaha pembangunan yang berupaya untuk mengatur program investasi
sedemikian rupa sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul
hambatan-hambatan yang bersumber dari permintaan dan penawaran
Sementara
itu teori pembangunan tidak seimbang merupakan keadaan berlawanan dengan
keadaan pembangunan seimbang, didalam pembangunan tidak seimbang pembangunan
akan disusun sedemikian rupa sehingga dalam perekonomian tersebut akan timbul
kelebihan dan kekurangan dalam berbagai sektor sehingga akan menimbulkan
distorsi-distorsi dan ketidakstabilan dalam perekonomian.
2.4.2
Teori seimbang menurut Rosenstein-Rodan
dan Nurkse
Nurkse
merupakan orang pertama yang membuat istilah pembangunan seimbang (1953) tetapi
teori ini pertama kali dikemukan oleh rosenstein-rodan (1953) yang menulis
gagasan untuk menciptakan program pembangunan di eropa selatan dan tenggara
dengan melakukan industrialisasi secara besar-besaran. Kedua orang
ini beranggapan bahwa melakukan industrialisasi ke daerah-daerah yang masih
berkembang merupakan cara yang tepat untuk menciptakan pembagian pendapatan
yang lebih merata di dunia dan untuk meningkatkan pendapatan didaerah
berkembang agar lebih cepat daripada didaerah yang kaya.
Tetapi
lain halnya dengan pendapat nurkse mengenai teori pembangunan seimbang ini,
dalam teori ini nurkse lebih menekankan pembangunan ekonomi itu bukan saja
mengalami kesukaran didalam memperoleh modal yang akan dibutuhkan tetapi juga
dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang akan dikembangkan.
Menurut
nurkse investasi sangan rendah disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat,
sedangkan daya beli masyarakat rendah itu disebabkan oleh rendahnya pendapatan
rill masyarakat. Rendahnya pendapatan rill dikarenakan oleh rendahnya
produktivitas. Sementara yang kita tahu daya beli masyarakat merupakan pasar
bagi barang-barang yang telah di produksi tadi. Dan apabila rendahnya daya beli
masyarakat ini akan menyebabkan produk-produk yang dihasilkan sektor produksi
akan sangat terbatas, dan keadaan ini tidak akan membuat para investor tertarik
untuk menginvestasikan uang nya.
2.4.3
Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan
Lewis
Hirscman
mengelompokkan sscitovsky & lewis sebagai pencipta teori pembangunan yang
menekankan perlu nya kesimbangan dalam penawaran sementara rosentein rodan
lebih menekankan pada sisi permintaan.
Menurut
Scitovsky ada 2 konsep ekternalisasi ekonomi dan manfaat yang akan diperoleh
suatu industri dari adanya 2 macam eskernalisasi yang ada dalam perekonomian
tersebut. Menurut scitovsky eksternalisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu seperti
teori yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory)dan yang
seperti terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori
ekonomi konvensional), ekternalisasi itu dapat diartikan sebagai perbaikan
efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan
teknologi pada industri lain. Selain itu menurut scitovsky disamping hubungan
saling ketergantungan antara berbagai industri bisa pula menciptakan
eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecunary external
economics) yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang
disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.
Sementara
itu menurut Lewis sendiri pembangunan seimbang lebih menekankan pada keuntungan
yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara
berbagai sektor, yaitu antara sektor industri dan pertanian, sektor dalam
negeri dan sektor luar negeri. Lewis juga mengemukakan akan timbul banyaknya
masalah apabila pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa
adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya
ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga
proses pembangunan akan terhambat.
2.4.5
Kritik terhadap teori pembangunan
seimbang
Hirschman
merupakan pengkritik yang sangat bagus, karena ia tidak hanya mengkritik teori
pembangunan seimbang melainkan juga mengkritik pembangunan tidak seimbang.
Salah
satu kritikan dikeluarkan dari Singer, ia mengkritik pandangan yang
menekankan tentang perlunya menciptakan pembangunan yang bersamaan pada
berbagai industri (teori yang dikeluarkan oleh rosentein-rodan dan nurkse),
karena menurut pandangan singer itu akan melupakan sektor pertanian. Sebagai
akibatnya sektor pertanian akan kesukaran untuk memenuhi pertambahan permintaan
bahan pangan dan bahan baku pertanian yang akan digunakan sektor industri. Oleh
karena itu, menurut singer teori pembangunan seimbang haruslah diperluas
sehingga meliputi pula usaha pembangunan secara besar-besaran di sektor
pertanian. Dengan demikian kenaikan produktivitas dan produksi sektor pertanian
akan dapat memenuhi kenaikan permintaan sektor industri.
2.4.4
Teori pembangunan tidak seimbang
Teori
pembangunan tidak seimbang dikemukakan oleh Hirscmhan dan Streeten. Menurut mereka,
pembangunan tidak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk
mempercepat proses pembangunan dinegara berkembang. Hirscmhan juga mengamati
bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu tertentu akan
tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan
laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan tidak
seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang
perkembangan sektor lain nya. Begitu pula perkembangan di suatu industri
tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang erat kaitan
nya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.
Sementara
yang kita tahu pembangunan tidak seimbang akan menciptakangangguan-gangguan dan
ketidakseimbangan-ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan tersebut
akan menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak pada masa
yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat
pembangunan ekonomi di masa yang akan datang.
2.4.6
Pembangunan tak seimbang antara sektor
prasarana dan sektor produktif
Persoalan
pokok yang dianalisis oleh hirscmhan dalam teori pembangunan tidak seimbang ini
adalah bagaimana caranya untuk menentukan proyek yang harus didahulukan
pembangunan nya, dimana proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya
lain nya melebihi modal dan sumber daya yang tersedia, agar penggunaan berbagai
sumber daya yang tersedia tersebut bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang
maksimal. Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua yaitu
cara pilihan pengganti(substition choises) dan cara pilihan
penundaan (postponement choises).
Dari
kedua cara ini ternyata analisis hirscmhan lebih memusatkan pada cara yang
kedua yaitu pilihan penundaan. Inti dari analisis hirscmhan adalah penentuan
prioritas dari proyek-proyek yang akan dilaksanakan haruslah ditentukan atas
dasar penilaian tentang tingkat kemampuan dari proyek tersebut dalam mendorong
proyek lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Kebijakan dalam
pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi
ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat.
Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah
membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar
internasional.
Untuk membangun daya
saing yang berkelanjutan tersebut dengan upaya pemanfaatan seluruh potensi
sumber daya yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk memanfaatkan
peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara
optimal. Esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada upaya
menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif untuk
menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik,
lebih mudah di dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.
Strategi pembangunan
industri manufaktur ke depan dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran
terbaru yang berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui
pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang
berkelanjutan.
Dalam jangka menengah,
peningkatan daya saing industri dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster
industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih dititikberatkan pada
pengintegrasian pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola
permintaan (management demand) dan membangun kompetensi inti
pada setiap klaster.
Sebagai bagian dari
gambaran atas bangun sektor industri yang dicita-citakan pembangunan industri
nasionalmaka visi pembangunan industri nasional dalam jangka panjang adalah
membawa Indonesia untuk menjadi �Sebuah Negara Industri Tangguh di Dunia�, Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor industri
mengemban misi, sebagai berikut:
a.
Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
b.
Menjadi dinamisator pertumbuhan
ekonomi nasional.
c.
Menjadi pengganda kegiatan
usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat.
d.
Menjadi wahana (medium)
untuk memajukan kemampuan teknologi nasional.
e.
Menjadi wahana penggerak bagi upaya
modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat.
f.
Menjadi
salah satu pilar penopang
penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat.
g.
Menjadi andalan pembangunan industri
yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber
bahan baku terbarukan.
Untuk terselenggaranya misi sektor industri di atas, institusi pembina industri
mempunyai misi, yaitu:
A. Menjadi penggerak masyarakat luas untuk
melakukan kegiatan usaha produksi di bidang industri pengolahan/manufaktur yang
mempunyai nilai tambah ekonomi tinggi dan berdaya saing tinggi pula, dengan
sejauh mungkin mendayagunakan potensi modal dasar dalam negeri.
B. Lebih mengutamakan pemasaran produk
primer di dalam negeri (yang tergolong bahan-mentah industri) untuk
pemenuhan bahan-baku bagi industri pengolahan/manufaktur di dalam negeri, agar
mampu menciptakan peningkatan nilai-tambah yang besar dan lapangan kerja yang
luas bagi ekonomi nasional.
C. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal dan pemanfaatan
sumber bahan baku terbaharukan agar lebih menjamin kehidupan generasi
yang akan datang secara mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar