Minggu, 29 Maret 2015

Pembangunan Sektor Industri



Pembangunan Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain.

Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Sedangkan yang dimaksud dengan industri adalah suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

1.1  Pengertian Pembangunan Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.
Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka ragam jenis industrinya.

1.2  Masalah Perindustrian di Indonesia
a.       Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit.
Hal ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri ini memiliki kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada tidak terpenuhi. Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang menyebabkan barang produksi menumpuk tak terdistribusi
b.      Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi.
Indonesia sangat kurang dalam segi SDMnya, sehingga banyak meg-impor tenaga kerja asing beserta mesin mesin produksi. Dalam hal ini, membuat tenaga kerja Indonesia bukan bertambah maju, akan tetapi semakin anjlok nilainya
c.       Konsentrasi Regional
Pada permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkaembang secara merata. Artinya di Indonesia hanya terpusat akan satu daerah saja yang dikembangkan dalam sector industri manufaktur ini.
d.      Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah
Seperti disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi juga amat sangat mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka dari itu dibutuhkannya alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar bisa menciptakan hasil produk yang bermutu tinggi serta mempunyai kualitas ekspor yang baik pula.





1.3  Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri.
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan strategi untuk meningkatkan kapasitas industri. Diantara cara yang ditempuh, yaitu :
a.       Kemampuan teknologi dan inovasi.
b.      Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c.       Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d.      Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e.       Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.       Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.



1.4  Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian (dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
a.       Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
b.      Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
c.       Pengembangan industri kecil.
d.      Pembangunan ekspor komoditi industri.
e.       Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.
f.       Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan.


1.5  Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri manufaktur merupakan kontributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.



BAB II
PEMBAHASAN

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait.
Untuk menentukan industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan, untuk melihat kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing internasional, merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting.
Sehingga dengan dukungan aspek kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.

2.1 Peranan Industri dalam Kemajuan Perekonomian
Konsep pembangunan sering dikaitkan dengan proses industrialisasi, oleh karena sering kali pengertiannya dianggap “sama”. Negara maju pertama adalah Inggris. Revolusi industri, seringkali inovasi yang menghemat biaya lewat mesin uap, memungkinlan Inggris untuk meningkatkan produksi industrinya sebesar 400 persen selama paruh pertama abad ke 19. Sejak itu sampai sekarang ini kriteria utama dari pembanguan adalah kenaikan pendapatan per kapita yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrrialisasi.Dua Negara yang paling sukses pembangunannya pada awal abad ke 20, Jepang dan Uni Sovyet, juga disebabkan oleh adanya industrialisasi di negaranya masing-masing.
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industry itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan rakyat bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikaian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Kita telah sering mendengar pendapat bahwa industry itu mempunyai peranan sebagai sector pemimpin (leading sectos). Leading sector maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industry maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sector pertanian dan sector jasa, misalnya. Pertumbuhan industry yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industry. Sector jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industry.seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya belinya). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itutumbuh dan sehat.
Dari uraian diatas biasa ditelaah peranan industry dalam perkembangan structural pada suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan sector industry pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserapdi sector industry, dan sumbangan komoditi industrinterhadap ekspor barang dan jasa.


Menurut criteria UNIDO (United Nations for Industry Development Organization) Negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Kelompok Negara non-industri (non-industry country) apabila sumbangan sector industryterhadap PDB kurang dari 10 persen.
b.      Kelompok Negara dalam proses industrialisasi (industrializing country) apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.
c.       Kelompok Negara semi industri (semi industrialized country) jika sumbangan tersebut antara 20-30 persen, dan
d.       Kelompok Negara industri (industry country) jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

2.2  Strategi Pengembangan Industri

2.2.1        Industri Substitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan di indonesia, sejak zaman pemerintahan ORBA adalah industri substitusi impor (ISI). ISI ini mengharapkan bisa menghasilhan barang-barang baru didalam negeri yang semula di impor setelah substitusi impor ini berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi substitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lain, namun demikian. Berikut ini dijelaskan beberapa alasan penting:
a.       ISI ini dilakukan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti diketahui, hampir semua di negara NSB sering kali mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu devisa yang sedikit dimiliki harus digunakan secara efektif dan efisien.
b.      Dengan adanya isi ini biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadap dengan cara pemb atasan barang impor terseut tentu saja akan mengurangin jumlah barang-barang impor, sementara permintaan barang-barang dalam negeri itu masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan barang produksi barag-barang yang terkena pembatasan impor tersebut, dengan kata lain ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha didalam negeri.
c.       ISI ini bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di NSB, yang kemudian di ikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.

2.2.2        Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut Anne Krueger (1978). Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi impor, ke empat faktor tersebut adalah:
a.       Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pertumbuhan sektor pertanian yang pesat memang penting sekali bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, namun pengalaman dari korea selatan (yang sejak tahun 1961 telah menempuh strategi promosi ekspor) telah menunjukkan bahwa dengan strategi promosi ekspor, kaitan antara keberhasilan sektor pertanian dan keberhasilan sektor industri tidak begitu erat seperti di bawah strategi substitusi impor. Hal ini disebabkan karena di NSB telah menempuh strategi promosi ekspor ternyata telah berhasil cukup cadangan devisa untuk mengimpor pangan (jika perlu) dari pada negara-negara yang telah menempuh strategi substitusi impor.karena strategi substitusi impor ternyata justru mempunyai kepadatan impor yang tinggi. Dengan demikian biaya oportunitas impor pangan tinggi sekali, karena devisa yang langka ini tidak dapat digunakan untuk impor yang lainnya yang penting, misalnya barang-barang modal untuk pembangunan.
b.      Skala ekonomis
Bagi industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale) adalah penting,maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang kuat kepada perusahaan-perusahaan baru dari pada dibawah substitusi impor.Karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi. Produksi dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para industrialis sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka dari pasar dunia.
c.       Persaingan
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajagi berbagai cara untuk menekan biayaproduksi mereka sampai ketingskt yang serendah-rendahnya sehingga hasil-hasil produksinya mereka bisa bersaing dalam hal harga (price competitive) dipasar ekspor, maka persaingan ketat dipasar ekpor juga akan mengahruskan para industriawan untuk mengadakan pengendalian mutu (quality control) yang ketat pula, mengadakan modifikasi dalam desain barang-brang sesuai dengan perubahan selera masyarakat dalam kemajuan teknologi baru, an memastikan pengadaan barang-barng sesuai dengan jadwal engadaan yang telah ditetapkan.
d.      Kekurangan Devisa
Pengalaman NSB,termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa kekurangan devisa telah menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nsioanal perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa ditahun-tahun mandatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa. Pada tingakt micro ekonomi, berbagai proyek pembangunan mungkin perlu dijadwalkan kembali(seperti yang dilakukan indonesia pada tahun 1983 sebagai akibat dari defisit tarnsaksi berjalan telah dialami sejak tahun 1982 dengan berakhirnya rizki minyak dan demikian juga pada tahun 1991 sebagai akibat dari adanya boomimg investasi pasca derugulasi perbankan) atau terpaksa dihentikan jika impor bahan-bahan baku, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang modal tidak dapat dilanjutkanakibat kekurangan devisa.

2.3  Pola Pengembangan Industri
Langkah-langkah pokok dalam pola pengembangan industri adalah:
a.       Pengembangan industri yang berorientasi pasar
Dalam rangka meningkatkan ekspor hasil industri dan mendorong perkembangannya keanekaragaman ekspor hasil industri. Langkah yang ditempuh adalah memacu perkembangan industri-industri yang berorientasi ekspor, baimyang berskala besar,menengah maupun kecil, yang semakin banyak terdapat dan tersebar diseluruh daerah.
b.      Pendalaman dan penguatan sektor industri
Melanjutkan pendalaman struktur industri, terutama cabang atau jenis industri yang telah teridentifikasi memiliki hubungan keterkaitan antara industri atau dengan sektor ekonomi lainnya cukup besar. Langkah ini di tujukan sebagai usaha untuk memperkokoh struktur industri dan mengurangi ketergantungan impor hasil produk-produk industri.
c.        Pengembangan industri kecil
Meningkatkan indusrti kecil dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan memperluas lapangan kerja serta meningkatkan dan memeratakan pendapatan dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif tertinggal.
d.      Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri)
Meningkatkan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian sebagai upaya memanfaatkan seoftimal munkin potensi sektor pertanian dan sektor lainnya dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi nasional dan memperkokoh strukur ekonomi.
e.       Peningkatan penguasaan dan penyebaran tekhnologi
Melaksanakan penigkatan dan penguasan pengembangan penguasaan dan penyebaran tekhnologi terapan disektor industri, dalam rangka usaha merintis pengembangan hasil industri yang memiliki keunggulan komparatif dari segi tekhnologi dan ekonomi, serta menunjang usaha pendalaman struktur industri, peningkatan ekspor hasil industri dan pengembangan industri kecil.
f.       Pengembangan langkah penunjang
Langkah lainnya yang bersifat menunjang langkah-langkah pembangunan industri meliputi indusrti antara lain pengembangan sistem informasi indistri dan perencanaan pengembangan industri nasional, perencanaan tenaga kerja industrial, penigkatan pendidikan dan latihan ketermpilan baik bagi tenaga kerja swasta mauppun bagi pegawai Depertemen teknis yang terkait, penyempurnaan prasarana dan sarana fisik pemerintah terutama didaerah, dan peningkatan efisiensi dan pendayagunaan aparatur pemerintah dan pengawasan. Dalam hal ini juga penyebaran informasi tentang dimensi perwilayahan dari perkembangan industrialisasi dalam bentuk perkembangan wilayah pusat pertumbuhan industri serta pengembangan kawasan industri.
2.4  Pembangunan yang Ideal
Sektor Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini dapat dipahami mengingat berbagai kekayaan sumber daya alam kita yang memiliki keunggulan komparatif berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk industri untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Sesuai dengan tahapan perkembangan negara kita, sudah saatnya kita melakukan pergeseran andalan sektor ekonomi kita dari industri primer ke industri sekunder, khususnya industri manufaktur nonmigas.
Membangun sektor industri pada era globalisasi tentu membutuhkan strategi yang tepat dan konsisten, sehingga dapat mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun di pasar global, yang pada gilirannya mampu mendorong tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.
2.4.1        Pembangunan Seimbang Dan Pembangunan Tidak Seimbang
a.       Kebijakan Pembentukan Modal : Pembangunan Seimbang Dan Tidak Seimbang
Teori pembangunan seimbang (balanced growth) teori ini mengharuskan adanya pembangunan yang serentak dan harmonis diberbagai sektor, baik itu sektor industri, sektor pertanian, sektor luar negeri maupun sektor domestik. Maka dari itu dalam pembangunan seimbang sangat diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan memberikan tekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi menekankan penawaram barang sedangkan di sisi penawaran akan berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar dan penambahan pendapatan agar barang dan jasa dapat tumbuh.
Maksud Pelaksanaan pembangunan seimbang ini adalah untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam :
·         Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi ( air danlistrik ), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi kepasar.
·         Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksikan.


Dengan melihat hambatan-hambatan diatas maka pembangunan seimbang juga dapat diartikan sebagai usaha pembangunan yang berupaya untuk mengatur program investasi sedemikian rupa sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan-hambatan yang bersumber dari permintaan dan penawaran
Sementara itu teori pembangunan tidak seimbang merupakan keadaan berlawanan dengan keadaan pembangunan seimbang, didalam pembangunan tidak seimbang pembangunan akan disusun sedemikian rupa sehingga dalam perekonomian tersebut akan timbul kelebihan dan kekurangan dalam berbagai sektor sehingga akan menimbulkan distorsi-distorsi dan ketidakstabilan dalam perekonomian.
2.4.2        Teori seimbang menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse
Nurkse merupakan orang pertama yang membuat istilah pembangunan seimbang (1953) tetapi teori ini pertama kali dikemukan oleh rosenstein-rodan (1953) yang menulis gagasan untuk menciptakan program pembangunan di eropa selatan dan tenggara dengan  melakukan industrialisasi secara besar-besaran. Kedua orang ini beranggapan bahwa melakukan industrialisasi ke daerah-daerah yang masih berkembang merupakan cara yang tepat untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk meningkatkan pendapatan didaerah berkembang agar lebih cepat daripada didaerah yang kaya.
Tetapi lain halnya dengan pendapat nurkse mengenai teori pembangunan seimbang ini, dalam teori ini nurkse lebih menekankan pembangunan ekonomi itu bukan saja mengalami kesukaran didalam memperoleh modal yang akan dibutuhkan tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang akan dikembangkan.
Menurut nurkse investasi sangan rendah disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan daya beli masyarakat rendah itu disebabkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat. Rendahnya pendapatan rill dikarenakan oleh rendahnya produktivitas. Sementara yang kita tahu daya beli masyarakat merupakan pasar bagi barang-barang yang telah di produksi tadi. Dan apabila rendahnya daya beli masyarakat ini akan menyebabkan produk-produk yang dihasilkan sektor produksi akan sangat terbatas, dan keadaan ini tidak akan membuat para investor tertarik untuk menginvestasikan uang nya.


2.4.3        Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan Lewis
Hirscman mengelompokkan sscitovsky & lewis sebagai pencipta teori pembangunan yang menekankan perlu nya kesimbangan dalam penawaran sementara rosentein rodan lebih menekankan pada sisi permintaan.
Menurut Scitovsky ada 2 konsep ekternalisasi ekonomi dan manfaat yang akan diperoleh suatu industri dari adanya 2 macam eskernalisasi yang ada dalam perekonomian tersebut. Menurut scitovsky eksternalisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu seperti teori yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory)dan yang seperti terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), ekternalisasi itu dapat diartikan sebagai perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan teknologi pada industri lain. Selain itu menurut scitovsky disamping hubungan saling ketergantungan antara berbagai industri bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecunary external economics) yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.
Sementara itu menurut Lewis sendiri pembangunan seimbang lebih menekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor, yaitu antara sektor industri dan pertanian, sektor dalam negeri dan sektor luar negeri. Lewis juga mengemukakan akan timbul banyaknya masalah apabila pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan akan terhambat.
2.4.5        Kritik terhadap teori pembangunan seimbang
Hirschman merupakan pengkritik yang sangat bagus, karena ia tidak hanya mengkritik teori pembangunan seimbang melainkan juga mengkritik pembangunan tidak seimbang.
Salah satu kritikan dikeluarkan dari Singer, ia mengkritik pandangan yang menekankan tentang perlunya menciptakan pembangunan yang bersamaan pada berbagai industri (teori yang dikeluarkan oleh rosentein-rodan dan nurkse), karena menurut pandangan singer itu akan melupakan sektor pertanian. Sebagai akibatnya sektor pertanian akan kesukaran untuk memenuhi pertambahan permintaan bahan pangan dan bahan baku pertanian yang akan digunakan sektor industri. Oleh karena itu, menurut singer teori pembangunan seimbang haruslah diperluas sehingga meliputi pula usaha pembangunan secara besar-besaran di sektor pertanian. Dengan demikian kenaikan produktivitas dan produksi sektor pertanian akan dapat memenuhi kenaikan permintaan sektor industri.
2.4.4        Teori pembangunan tidak seimbang
Teori pembangunan tidak seimbang dikemukakan oleh Hirscmhan dan Streeten. Menurut mereka, pembangunan tidak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan dinegara berkembang. Hirscmhan juga mengamati bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lain nya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang erat kaitan nya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.
Sementara yang kita tahu pembangunan tidak seimbang akan menciptakangangguan-gangguan dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan tersebut akan menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat pembangunan ekonomi di masa yang akan datang.
2.4.6        Pembangunan tak seimbang antara sektor prasarana dan sektor produktif
Persoalan pokok yang dianalisis oleh hirscmhan dalam teori pembangunan tidak seimbang ini adalah bagaimana caranya untuk menentukan proyek yang harus didahulukan pembangunan nya, dimana proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya lain nya melebihi modal dan sumber daya yang tersedia, agar penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia tersebut bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua yaitu cara pilihan pengganti(substition choises) dan cara pilihan penundaan (postponement choises).
Dari kedua cara ini ternyata analisis hirscmhan lebih memusatkan pada cara yang kedua yaitu pilihan penundaan. Inti dari analisis hirscmhan adalah penentuan prioritas dari proyek-proyek yang akan dilaksanakan haruslah ditentukan atas dasar penilaian tentang tingkat kemampuan dari proyek tersebut dalam mendorong proyek lainnya.



BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional.
Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan tersebut dengan upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara optimal. Esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik, lebih mudah di dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.
Strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan  mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang berkelanjutan.
Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih dititikberatkan pada pengintegrasian pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola permintaan (management demand) dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster.
Sebagai bagian dari gambaran atas bangun sektor industri yang dicita-citakan pembangunan industri nasionalmaka visi pembangunan industri nasional dalam jangka panjang adalah membawa Indonesia untuk menjadi Sebuah Negara Industri Tangguh di Dunia, Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor industri mengemban misi, sebagai berikut:
a.       Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
b.      Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional.
c.       Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat.
d.      Menjadi   wahana   (medium)  untuk  memajukan  kemampuan  teknologi nasional.
e.       Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat.
f.       Menjadi    salah   satu   pilar   penopang   penting  bagi  pertahanan  negara dan penciptaan rasa aman masyarakat.
g.      Menjadi  andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan.

            Untuk terselenggaranya misi sektor industri di atas, institusi pembina industri mempunyai misi, yaitu:
A.    Menjadi   penggerak  masyarakat  luas  untuk melakukan kegiatan usaha produksi di bidang industri pengolahan/manufaktur yang mempunyai nilai tambah ekonomi tinggi dan berdaya saing tinggi pula, dengan sejauh mungkin mendayagunakan potensi modal dasar dalam negeri.
B.     Lebih   mengutamakan   pemasaran  produk  primer  di  dalam negeri (yang tergolong bahan-mentah industri) untuk pemenuhan bahan-baku bagi industri pengolahan/manufaktur di dalam negeri, agar mampu menciptakan peningkatan nilai-tambah yang besar dan lapangan kerja yang luas bagi ekonomi nasional.

C.     Menjadi  andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal dan pemanfaatan sumber bahan baku terbaharukan agar lebih menjamin kehidupan generasi yang akan datang secara mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar