Minggu, 29 Maret 2015

Teori Proporsional

 
      1.      TEORI PROPOSIONAL FAKTOR DARI HEECKSCHER – OHLIN (H-O) 

Teori modern Perdagangan Internasional adalah teori yang dikemukakan pertama kali  oleh Bertil Ohlin dalam bukunya interregional and International Trade (1933).  Sebagian dari teori Bertil  Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan  Teori H-O.
Menurut teori H-O, Perdagangan internasional terjadi disebabkan perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain, pertukaran dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam jumlah proporsi faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) masing-masing negara.  Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.  Sebaliknya,  negara  akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka/mahal. Misalnya negara Indonesia memiliki tenaga kerja (TK) yang relatif besar, maka Indonesia akan berspesialisasi pada produksi barang-barang yang relatif padat tenaga kerja (labor intensive) dan mengekspornya.   Jepang memiliki relatif banyak kapital (K), maka negara Jepang akan berspesialisasi menghasilkan barang yang padat kapital (capital intensive) dan kemudian mengekspornya ke negara lain.
Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva.  Pertama adalah kurva isocost,  yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kedua adalah kurvaisoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total produksi yang sama.   Seperti telah dipelajari dalam Teori Ekonomi Mikro, Khususnya teori produksi dan biaya, keseimbangan akan terjadi apabila  kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant.  Jadi pada titik persinggungan tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu. Contoh kurva isocost  dapat dilihat pada gambar dibawah ini

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/tab%201a.gif

Dari gambar diatas,   kemiringan isocost ( Ii, Iidan Iiuntuk Inonesia dan Ij, Ij dan Ij untuk negara Jepang) pada kedua gambar terlihat bahwa Indonesia memiliki relatif banyak TK (tenaga kerja ) dan memiliki relatif sedikit K (kapital).  Sebaliknya Jepang memilki relatif banyak K dan relatif sedikit TK.   Pergeseran kurva isocost paralel mencerminkan perbandingan harga faktor produksi adalah tetap.
Uraian teori faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui bagaimana suatu barang dihasilkan.  Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan kurva isoquant.  PetaIsoquant masing-masing negara dapat dijelaskan sebagai berikut:


http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/tab%201b.gif

Isoquant Indonesia terletak dekat sumbu vertikal (TK) menunjukkan bahwa barang yang dihasilkan Indonesia bersifat padat tenaga kerja (labor intensive) sedangkan bagi Jepang lebih mendekati sumbu horizontal menunjukkan barang yang dihasilkan  bersifat padat modal (capital intensive).
Sesuai dengan konsep  titik singgung antara isocost dan isoquant ini, masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi  faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur  atau proporsi faktor produksi yang dimiliki.
Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 sebagai barikut:
1.   Perdagangan  internasional  terjadi  antara  dua negara (misal-nya Indonesia dan Jepang)
2.   Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (pa-kaian dan radio)
3.   Masing-masing   negara menggunakan dua macam faktor pro-duksi, yaitu tenaga kerja dan kapital

Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) berdasarkan teori H-O disusun Tabel 3  berikut:

                                            Tabel 3
              Teori Proporsi Faktor dengan data hipotetis
2   Negara
Indonesia
Jepang
2   barang
Pakaian
Radio
Pakaian
Radio
2   F. produksi
TK
K
TK
K
Proses Produksi
Labor intensive
Capital intensive
Labor intensive
Capital intensive
Proporsi F. produksi
60 unit
(banyak)
15 unit
(sedikit)
30 unit
(sedikit)
60 unit
(banyak)
Isoquant
100 unit
20 unit
100 unit
20 unit
Isocost
$ 400
$ 600
$ 600
$ 400
Unit cost
$ 4
(murah)
$ 30
(mahal)
$ 6
(mahal)
$ 20
(murah)

Berdasarkan tabel diatas dan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant  sebagai suatu titik optimal untuk memproduksi sejumlah barang dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini.


http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/tab%201c.gif

  Dari gambar diatas dapat dekemukakan hal-hal sbb:
1.   Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat TK
a.   Di Indonesia,
Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost  $400 pada titik A dengan kombinasi 34 TK dan 3 K.  Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Indonesia akan  lebih murah, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi yang dimiliki oleh Indonesia relatif banyak dan murah , sehingga unit costnya hanya $4
b.   Di Jepang, 
     100 unit pakaian akan menyinggung isocost $600 pada titik B dengan kombinasi 20 unit TK dan 7 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di jepang relatif mahal karena faktor produksi TK relatif sedikit dan mahal, sehingga unit cost adalah $6

2.   Isoquant 20 unit radio dilakukakan padat modal
a.   Di Indonesia,
Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost  $600 pada titik C dengan kombinasi 20 TK dan 10 K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat modal di Indonesia akan  lebih mahal, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi relatif sedikit dan mahal sehingga unit costnya adalah $ $30
b.   Di Jepang,
20 unit radio akan menyinggung isocost $400 pada titik D dengan kombinasi 10 unit TK dan 18 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat karya di jepang relatif murah, sehingga unit cost adalah $20

Kesimpulan dari teori H-O adalah sebagai berikut:
1.  Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara
2.  Comparative  advantage  atau  keunggulan  komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki oleh masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki.
3.   Masing-masing negara akan  cenderung  berspesialisasi  pro-duksi dan mengekspor barang tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
4.  Sebaliknya,  masing-masing  negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal memproduksinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar