MAKALAH
PERENCANAAN LOKASI PABRIK
SHOLIHIN 2012320014
RIKA UTAMI 2012320069
ARDIANSYAH 2012320082
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS DR.
SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK
2013 / 2014
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan RahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang bertemakan Perencanaan Lokasi Pabrik.
Tak lupa pula Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassalam yang
menjadi suri tauladan bagi umat Islam di dunia, yang telah mengantarkan
ummatnya pada cahaya pengetahuan.
Maksud dan tujuan penyusunan Makalah Perencanaan Lokasi Pabrik ini adalah untuk mengkaji berbagai tantangan ekonomi Indonesia,
dan juga menambah wawasan bagi kalangan mahasiswa / mahasiswi jurusan
manajemen.
Penyusunan ini dilakukan oleh mahasiswa yang membentuk kelompok –
kelompok kecil yang diharapkan bisa saling bekerja sama dalam menyelasaikan
makalah ini dan sekaligus mahasiswa belajar bagaimana cara menyelesaikan tugas
dengan tata cara yang baik dan benar berdasarkan tuntunan buku / literatur
untuk penyusunan makalah ini .
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para dosen
pembimbing yang telah membantu memberikan materi tambahan sehingga kami bisa
menyelesaikannya dengan baik meskipun masih banyak terdapat kekurangan, semoga
makalah ini dapat diterima dan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang lain
dalam menyusun makalah.
Surabaya, Juni 2014
Tim
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Industri manufaktur
adalah industri yang
memproduksi barang mentah
menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi. Di dalam industri manufaktur memiliki beberapa elemen yang saling berkaitan satu
sama lainnya, dengan
tujuan akhir dari
elemen-elemen tersebut adalah
perbaikan yang dapat menghasilkan
efekti vitas dan efisiensi dari proses
produksi tersebut. Salah satu elemen tersebut adalah tata letak pabrik.
Tata
letak ataupengaturan dari fasilitas-fasilitas
produksi, baik mesin maupun departemen yang ada
adalah suatu hal
yang perlu mendapatkan
perhatian dalam dunia
industri. Tata letak pabrik
yang dirancang secara
baik maka akan
menghasilkan keefektifan dan
keefisienan dari perpindahan moment
atau material handling , dengan
perpindahan moment yang
kecil maka akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
karena akanmeminimalkan
resiko kerusakaan barang,biaya penyi mpanan, dan lain
sebagainya. Dengan tata letak
yang terencana dengan baikakan
ikut menentukan kelancaran dan kesuksesan kerja pabri k itusendiri (Sritomo,
1996).
1.1 Latar Belakang
Letak perusahaan sering pula disebut
tempat kediaman perusahaan, yaitu tempat dimana perusahaan melakukan
kegiatannya sehari-hari. Sedangkan istilah Tempat Kedudukan Perusahaan dapat
diartikan sebagai tempat kantor pusat.
Kedua hal di atas perlu mendapat
perhatian bagi perusahaan, sebab salah memilih suatu lokasi perusahaan, akan
mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan. Saperti misalnya harus mengadakan
penempatan kembali letak perusahaan (Re-Location) dan kesulitan apabila akan
mengadakan ekspansi (perluasan perusahaan.
Dengan semakin tajamnya persaingan
serta banyaknya perusahaan yang saat ini bermunculan, maka pemilihan letak
perusahaan ini sudah tidak mungkin dilakukan dengan coba-coba (trial &
error). Karena dengan cara itu perusahaan akan kalah dalam bersaing; disampig
harus berpacu dengan waktu, juga efisiensi di bidang biaya perlu mendapat
perhatian. Oleh karena itu itu pemiihan letak perusahaan ini harus dilakukan
dan diputuskan melalui beberapa pertimbangan yang disertai fakta yang kongkrit
dan lengkap. Hal itu dapat dijalankan dengan meninjau beberapa aspek yang
mempengaruhi pemilihan letak perusahaan.
1.2 Pengertian
Dewasa ini, perkembangan sektor
industri di Indonesia menyebabkan terjadinya percepatan munculnya
bangunan industri, penambahan devisa negara, serta mengurangi jumlah
pengangguran. Namun, hal tersebut jika tidak diimbangi dengan
kebijakan-kebijakan yang kuat, analisa lokasi khususnya lokasi industri yang
tepat, maka keberadaan kawasan industri disamping memberikan dampak positif
juga akan mempengaruhi potensi, kondisi, dan mutu sumber daya alam dan
lingkungan sekitar (Anonim, 1993). Keberadaan sektor industri tersebut tidak
terlepas dari pemilihan lokasi yang didasarkan pada teori lokasi yang telah
berkembang mulai dari teori klasik, neo-klasik, sampai dengan teori lokasi
modern.
Teori lokasi sendiri dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya
terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun
sosial. (Tarigan, 2006:77). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit
aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal (local
input),permintaan
lokal (local demand),
bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input), dan
permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani, 2007).
1.3 Rumusan Masalah
a.
Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan lokasi pabrik ?
b.
Bagaimana
mengembangkan model pemilihan lokasi usaha untuk kegiatan usaha sehingga lokasi
yang dipilih optimal dan secara ekonomi menguntungkan ?
c.
Apa
saja yang menjadi dasar-dasar teori penentu lokasi industri?
1.4 Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui faktor – faktor dalam
memilih lokasi pabrik.
b.
Mengetahui model pemilihan lokasi
strategis
c.
Mengetahui dasar – dasar penentu
lokasi pabrik
1.5 Landasan Teori
Industri adalah suatu kegiatan
ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis,
kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi
dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,
dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS, 2002). Marpaung dalam
Mujiono (1987) menyebutkan bahwa kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
Teori lokasi adalah Ilmu yang
menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya
dengan atau pengaruh-nya terhadap keberadaan berbagai macam usaha / kegiatan
lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Berdasarkan kedua penjelasan di atas
maka dibutuhkan suatu analisis mengenai konsep dasar teori lokasi dalam menentukan
lokasi kawasan industri, dimana dengan adanya konsep dasar tersebut dapat
menjadi prinsip dalam pemilihan lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara
ekonomi bagi industri itu sendiri. Berikut merupakan beberapa pengertian teori
lokasi industri yang dikemukakan oleh berbagai pakar, baik secara geografi,
ekonomi, maupun keruangan.
1.5.1
Teori
Lokasi Industri
Teori lokasi industri pertama kali
diungkapkan oleh ahli ekonom Jerman pada tahun 1929, yakni Alfred Weber.
Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip
minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada
total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana penjumlahan keduanya harus
minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum
adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga
faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga
kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya
transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational
triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah
lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber
merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan
menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).
Adapun penentuan lokasi terbaik menurut
Weber tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan, antara lain:
a. Bahan baku yang tersedia dimana
saja.
b.
Bahan
baku setempat yang berpengaruh spesifik terhadap lokasi.
c.
Berdasarkan
perhitungan Indeks Material (IM) yang menentukan apakah lokasi industri
tersebut lebih berorientasi pada bahan baku atau lebih berorientasi pada lokasi
pasar.
1.5.2
Teori
Keseimbangan Spasial
Teori keseimbangan spasial
dikemukakan oleh August Losch pada tahun 1954 melalui bukunya yang
berjudul Economics of Location. Losch menyatakan bahwa lokasi suatu
industri didasarkan pada kemampuan untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya
(dalam Ardhian, 2010). Dengan kata lain, konsep dasar teori lokasi industri
yang dikemukakan oleh Losch ini berprinsip pada permintaan pasar (demand) dengan
asumsi masyaraakat luas.
a. Lokasi optimal suatu pabrik atau
industri adalah apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas sehingga
dapat dihasilkan pendapatan yang paling besar.
b. Pada suatu tempat yang topografinya
datar atau homogen jika disuplai oleh pusat industri, volume penjualan akan
membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri, maka volume penjualan
barang akan semakin berkurang karena harganya semakin tinggi akibat naiknya
ongkos transportasi.
Teori Losch ini bertujuan untuk menemukan
pola lokasi industri sehingga ditemukan keseimbangan spasial antarlokal. Untuk
mencapai keseimbangan tersebut, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Setiap lokasi industri harus
menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli.
b. Terdapat cukup banyak usaha
pertanian dengan penyebaran cukup merata, sehingga seluruh permintaan yang ada
dapat dilayani.
c. Terdapat free entry dan
tidak ada petani yang memperoleh super normal profitsehingga tidak
ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama
di daerah tersebut.
d. Daerah penawaran adalah sedemikian
hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai keuntungan yang maksimum.
e. Konsumen bersifat indifferent terhadap
penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli dengan harga yang
rendah.
Pada akhirnya, luas daerah pasar
akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan membentuk segienam beraturan.
Losch juga menambahkan bahwa jaringan heksagonal tidak memiliki penyebaran yang
sama tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada 6 faktor yang memiliki
wilayah yang luas dan 6 faktor yang memiliki wilayah sempit sehingga Losch
menggambarkan teorinya tersebut dalam bentuk roda.
1.5.3
Teori
Tempat Pusat
Teori ini dikemukakan oleh Walter
Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang berjudul Central Places
In Southern Germany. Dalam buku ini Christaller mencoba menjelaskan
bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam
satu wilayah Tempat pusat (central place) merupakan suatu
tempat dimana produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut untuk
menyediakan barang dan jasa bagi populasi di sekitarnya. Asumsi-asumsi
yang dikemukakan dalam teori Christaller antara lain:
a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan
datar yang seragam.
b. Lokasi tersebut memiliki jumlah
penduduk yang merata dan memiliki daya beli yang sama.
c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan
transport dan komunikasi yang merata/gerakan ke segala arah (isotropic
surface).
d. Konsumen bertindak rasional sesuai
dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.
Teori central place ini
didasarkan pada prinsip jangkauan (range) dan ambang batas(threshold). Range merupakan
jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang menjual
kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang membeli baju di lokasi pasar
tertentu, range-nya adalah jarak antara tempat tinggal orang
tersebut dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju.
Apabila jarak ke pasar lebih jauh
dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk cenderung
akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat. Sedangkanthreshold adalah
jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang
kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan
dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population
distribution).
Dari komponen range dan threshold maka
lahir prinsip optimalisasi pasar (market optimizing principle). Prinsip
ini antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi asumsi di atas, dalam suatu
wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place). Pusat
tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Apabila
sebuah pusat dalam range dan threshold yang
membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat yang lain yang juga memiliki range dan thresholdtertentu,
maka akan terjadi daerah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di
daerah yang bertampalan akan memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi
ke kedua pusat pasar itu.
Christaller juga menyatakan bahwa
sistem tempat pusat membentuk suatu hierarki yang teratur dimana
keteraturan dan hierarki tersebut didasarkan pada prinsip bahwa suatu tempat
menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri, tetapi juga
semua barang dan jasa lain yang ordernya lebih rendah. Hierarki tempat pusat
menurut teori ini dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Tempat sentral yang berhierarki 3 (K
= 3) merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan
barang-barang bagi daerah sekitarnya atau disebut juga sebagai kasus pasar
optimal.
b. Tempat sentral yang berhierarki 4 (K
= 4) merupakan situasi lalu lintas yang optimum yakni daerah tersebut dan
daerah sekitarnya yang terpengaruh oleh tempat sentral senantiasa memberikan
kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
c. Tempat sentral yang berhierarki 7 (K
= 7) merupakan situasi administratif yang optimum yang mana tempat sentral ini
mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Model Christaller tentang terjadinya
model area perdagangan heksagonal adalah sebagai berikut:
a. Mula-mula terbentuk areal
perdagangan suatu komoditas berbentuk lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran
memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas
tersebut.
b. Kemudian digambarkan
lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang
lingkarannya boleh tumpang tindih.
c. Range yang tumpang tindih dibagi
antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal
yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.
d. Tiap barang berdasarkan tingkat ordenya
memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k = 3, maka barang orde
I memiliki lebar heksagonal 3 kali heksagonal barang orde II, dan seterusnya.
Heksagonal yang sama besarnya tidak akan tumpang tindih tetapi antara
heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih.
1.5.4
Teori
Biaya Minimum dan Ketergantungan Lokasi
Teori biaya minimum dan
ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place Interdependence)
dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam bukunyaPlant Location
in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space
Economy. Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan
teori ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Biaya lokasi yang meliputi biaya
angkutan, tenaga dan pengelolaan
b. Faktor lokasi yang berhubungan
dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha untuk menguasai pasar.
c. Faktor yang menurunkan biaya
d. Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e. Faktor pribadi yang berpengaruh
terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan.
f. Pertimbangan pribadi
1.5.5
Kerangka
Substitusi Isard
Teori ini dikemukakan oleh Walter
Isard (1956) yang mengembangkan logika teori dasar Weber dengan menempatkan
teori tersebut dalam konteks analisis substitusi sehingga menjadi alat peramal
yang tangguh (robust) namun sederhana. Pendekatan Isard
menggunakan asumsi bahwa lokasi dapat terjadi di titik-titik sepanjang garis
yang menghubungkan sumber bahan baku dengan pasar jika bahan baku setempat
adalah murni sehingga terdapat dua variabel, yaitu jarak dari pasar dan jarak
dari sumber bahan baku.
Hubungan kedua variabel tersebut
dapat diplotkan dalam bentuk grafik dimana garis yang menghubungkan antara
sumber bahan baku dan pasar adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi
antara bahan baku dan pasar yang bersifat substitusi. Apabila ditambah lagi
satu variabel baru yakni penggunaan bahan baku kedua kedalam input produksi,
maka terdapat 3 set hubungan substitusi.
Alasan mengapa istilah satu variabel
dibuat tetap hanyalah untuk mempermudah pembuatan grafik dua dimensi.
Penyelesaian masalah dalam penentuan lokasi dapat dilihat secara bertahap
melalui pasangan-pasangan dua sudut dari segitiga tersebut. Titik biaya
terendah diperoleh dengan mengidentifikasikan titik dimana jarak tempuh total
adalah terendah di setiap pasangan garis transformasi sehingga jarak parsial
dapat digunakan untuk menentukan lokasi optimal. Jadi, lokasi optimal adalah
lokasi dengan biaya transportasi beberapa substitusi lokasi yang paling rendah.
1.5.6
Kurva
Biaya Ruang
Teori ini dikemukakan oleh Smith
yang merupakan penggabungan metode substitusi Isard dengan metode isodapane
(garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai biaya transportasi yang
sama dari seluruh unit produksi yang tetap) Weber dimana dalam teori ini
terdapat dua tahap, yakni:
a. Memplotkan isotim (garis yang
menunjukkan titik-titik biaya transportasi yang sama pada setiap bahan
baku/material dan produk akhir) di setiap bagian supply atau
titik pasar. Hal ini menggambarkan bahwa biaya transportasi setiap komponen
secara individual akan meningkat jika jarak dari titik biaya terendah meningkat
sehingga isotim merupakan garis yang konsentris terhadap titik lokasi (pasar
dan bahan baku).
b. Menjumlahkan biaya transportasi
pengumpulan bahan baku dan pengangkutan produk akhir ke pasar yang mana
perpotongan antara titik-titik biaya pada lingkaran isotim menunjukkan total
biaya yang sama disebut sebagai isodapane.
c. Jika terdapat titik yang unik di
bagian dasar dari permukaan biaya, titik tersebut merupakan titik biaya
transportasi terendah berdasarkan asumsi yang dibuat yaitu bobot bahan baku
bergerak, transportasi tidak seragam. Bagi Smith, isodapane diinterpretasikan
sebagai isopleth dari biaya atau kontur biaya yang sama selain biaya transportasi.
Ada dua konsep penting menurut Smith, yaitu:
·
Kurva
biaya ruang yang sederhana merupakan bagian yang menggambarkan peta kontur
biaya yang mana titik terendah dari kurva tersebut adalah lokasi dengan biaya
terendah.
·
Kurva
biaya yang diturunkan merupakan spatial margin to profitability.Harga
produk diasumsikan dijual pada harga konstan di dalam ruang. Pada beberapa
titik di permukaan biaya total akan merupakan suatu kontur yang berkaitan
dengan harganya. Keuntungan ataupun kerugian di dalam ruang dapat dilihat dari
besarnya biaya. Apabila suatu lokasi biayanya melebihi level harga pengiriman
berarti terjadi kerugian, begitu juga sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan Perencanaan
Lokasi Pabrik
Dengan perancangan
yang efisien dengan
memenuhi kaidah-kaidah perancangan
akan mengurangi jarak perpindahan.
Untuk mengurangi momen
perpindahan maka diperlukan perancangan tata letak pabrik yang baik, maka metode yang digunakan dalam perbaikan tata letak
pabrik adalah Pengelompokan Berdasarkan Alur
Produksi , dimana met ode ini
lebih fleksibel jika dibandingkan dengan
Group Technology . Hal
ini dikarenakan dengan
menggunakan metode
pengelompokan berdasarkan alur
produksi, mesin-mesin yang
sama ditempatkan pada
beberapa penempatan sehingga terbentuk kelompok-kelompok atau cell, dan masing-masing kelompok tersebut mempunyai suatu produk
proses atau fokus pada partfamily-
nya, dan memiliki urutan operasi yang bervariasi. Dengan demiki an mesin-mesin
yang ada mudah untuk dipindahkan apabilaada penambahan mesin atau fasilitas
lainnya.
Berbeda dengan Group
Technology yang menggunakan
pengel ompokkan mesin-mesin.
Prosedur dari metode
pengelompokkan berdasarkan alur
produksi yang pertama
adalah menentukan urutan operasi
yang sama antara
satu routingoperasi
atau lebih. Kedua
adalah mengukur kesamaan tiap
urutan operasi yang
sama antar satu routing operasi atau
lebih. Ketiga adalah analisa kluster
tiap urut an operasi yang sama antar satu routing operasi atau lebih.
Keempat adalah menyusun basiclayoutberdasarkankluster.Kelima adalah
penyesuaian layout . Keenam adalah
perhitungan jumlah mesin.
Ketujuh adalah menghitung
kebutuhan ruang. Serta
langkah terakhir adalah penyusunan mesin dalam kelompok. Pabrik atau
dalam pengertian luas
disebut industri adalah
suatu tempat berbagai
faktor seperti manusia, mesin
dan peralatan produksi,
material, energi , uang
(modal/kapital), informasi
dan sumber daya alam
berinteraksi dan di kelola bersama-sama dalam suatu
sistem produksi guna
menghasilkan suat u produk
atau jasa secara
efektif,efisien, danaman.Istilah pabrik ini
sering diartikan sama dengan industri, meskipun industri sebenarnya
memiliki pengertian yang lebih luas.
Tata letak
pabrik atau disebut
juga tata letak
fasilitas adalah tata
cara pengaturan
fasilitas-fasilitas fisik pabrik
unt uk menunjang kelancaran
proses produksi, dengan
mencoba memanfaatkan luas area/ space
untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran
gerakan-gerakan material, penyimpanan baik yang
bersifat temporer maupun permanen,personil pekerja dan
sebagai nya. Tata l etak
yang terencana dengan
baik akan ikut menentukan kelancaran dan kesuksesan
kerja pabri k itu sendiri (Sritomo, 1996).
Susunan tata
letak yang tidak
baik akan menyebabkan
terjadinya kesimpangsiuran aliran material dan
informasi. Akibatnya biaya
angkut material menjadi
sangat besar. Sebaliknya
tata letak yang efektif
dapat memberikan iklim
kerja yang baik
dan meningkatkan efisiensi
prosesproduksi.
Tipe layout
yang dipakai oleh
setiap pabrik berbeda-beda,
tergantung dari jenis
produk, kapasitas produksi, proses produksi, waktu proses dan
kondisi perusahaan itu sendiri. Yang
paling penting dalam pemilihannya tipe layout
tersebut adalah yang dapat
menunjang kelancaran prosesproduksi.
Tiap
tata letak fasilitas terdiri dari empat yaitu:
a.
Tata
letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (product layout ).
b.
Tata
letak fasilitas berdasarkan lokasi material.
c.
Tata
letak fasilitas berdasarkan kelompok produk.
d.
Tata
letak fasilitas berdasarkan fungsi dan macam proses.
From To
Chart adalah
suatu teknik konvensional
yang umum digunakan
untukperencanaan tata letak
pabrik dan pemindahan
bahan dalam suatu proses
produksi.Teknik ini sangat
berguna untuk kondisi-kondisi-kondisi dimana
banyak item yang
mengalir melalui suatuarea
seperti bengkel permesinan,
kantor, dan lain-lain.
Angka-angka yang terdapat
dalam suatu From To
Chart akan menunjukkan
total dari berat
beban yang harus
dipindahkan, jarakperpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi
dari faktor-faktor ini. From To Chart disini digunakan sebagai dasar
bagi penyusunan data sebagai syarat dalamperbaikan layout pabrik. Adapun beberapa kegunaan
dan keuntungan dari From To Chart adalah :
a. Menganalisa perpindahan bahan.
b. Pembandingan pola aliran atau tata letak
pengganti.
c. Pengukuran efisien pola aliran.
d. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan
dengan kegiataan lainnya.
e. Menunjukkan volume perpindahan antar
kegiatan.
f. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi.
g. Menunjukkan keterkaitan antara beberapa
produk, komponen, barang, dan bahan.
h. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara
kegiatan dari perpindahan.
i.
Pemendekan
jarak perjalanan selama proses.
2.2 Pentingnya Letak / Lokasi Perusahaan
Letak
perusahaan sering pula disebut tempat kediaman perusahaan, yaitu tempat dimana
perusahaan melakukan kegiatannya sehari-hari. Sedangkan istilah Tempat
Kedudukan Perusahaan dapat diartikan sebagai tempat kantor pusat.
Kedua hal di atas perlu mendapat
perhatian bagi perusahaan, sebab salah memilih suatu lokasi perusahaan, akan
mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan. Saperti misalnya harus mengadakan
penempatan kembali letak perusahaan (Re-Location) dan kesulitan apabila akan
mengadakan ekspansi (perluasan perusahaan).
Dengan semakin tajamnya persaingan
serta banyaknya perusahaan yang saat ini bermunculan, maka pemilihan letak
perusahaan ini sudah tidak mungkin dilakukan dengan coba-coba (trial &
error). Karena dengan cara itu perusahaan akan kalah dalam bersaing; disampig
harus berpacu dengan waktu, juga efisiensi di bidang biaya perlu mendapat
perhatian.
Oleh karena itu itu pemiihan letak
perusahaan ini harus dilakukan dan diputuskan melalui beberapa pertimbangan
yang disertai fakta yang kongkrit dan lengkap. Hal itu dapat dijalankan dengan
meninjau beberapa aspek yang mempengaruhi pemilihan letak perusahaan.
2.3 Dasar-Dasar Perencanaan Lokasi
Ada dua langkah utama yang
seharusnya diambil dalam proses penentuan lokasi suatu pabrik, yaitu pemilihan
daerah atau teritorial secara umum dan pemilihan berdasarkan size dari jumlah
penduduk (community) dan lahan secara luas. Berdasarkan telaah literatur Yamit
(1996), Wignyosoebroto (1994), dan Assauri (1993) terdapat beberapa kondisi
umum seperti tersebut di bawah ini yang akan ikut mengambil peranan di dalam
proses penentuan lokasi pabrik, yaitu :
A.
Lokasi
di kota besar (city location)
·
Diperlukan
tenaga kerja terampil dalam jumlah yang besar
·
Proses
produksi sangat tergantung pada fasilitas-fasilitas yang umumnya hanya terdapat
di kota besar seperti listrik, gas dan lain-lain
·
Kontak
dengan suplier dekat dan cepat
·
Sarana
transportasi dan komunikasi mudah didapatkan
·
Banyak
persoalan tenaga kerja
B.
Lokasi
di pinggir kota (suburban location)
·
Semi
-skilled atau female labor mudah diperoleh
·
Menghindari
pajak yang berat seperti halnya kalau lokasi terletak di kota besar
·
Tenaga
kerja dapat tinggal berdekatan dengan lokasi pabrik
·
Rencana
ekspansi pabrik akan mudah dilakukan
·
Populasi
tidak begitu besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul
C.
Lokasi
jauh di luar kota (country location)
·
Lahan
yang luas sangat diperlukan baik untuk keadaan sekarang maupun rencana ekspansi
yang akan datang
·
Pajak
terendah lebih dikehendaki
·
Tenaga
kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dikehendaki
·
Standar
upah minimum relatif lebih rendah
·
Tenaga
kerja lebih mudah didapatkan
·
Baik
untuk proses manufakturing produk-produk yang berbahaya
D.
Faktor-Faktor
Pokok Penentu Pemilihan Lokasi Industri
·
Letak
dari sumber bahan mentah untuk produksi
·
Letak
dari pasar konsumen
·
Ketersediaan
tenaga kerja
·
Ketersediaan
pengangkutan atau transportasi
·
Ketersediaan
energy
2.4 Faktor-Faktor
Yang Dipertimbangkan Dalam Menentukan Lokasi
Banyak
faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi di mana fasilitas
produksi dari sebuah pabrik seharusnya didirikan. Menurut Lockyer et al. (1990)
faktor – faktor yang mempengaruhi perencanaan atau pemilihan lokasi
adalah Dekat dengan pasarIntegrasi dengan organisasi,
diantaranya :
a. Tersedia tenaga kerja dan tenaga
ahli
b. Tersedia fasilitas
c. Tersedia transportasi
d. Tersedia masukan
e. Tersedia jasa – jasa
f. Kecocokan tanah dan iklim
g. Peraturan – peraturan regional
h. Ruangan untuk perluasan
i.
Persyaratan
keamanan
j.
Biaya
tempat
Senada dengan pendapat Lockyer et al., Assauri (1993)
mengemukakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik,
yaitu :
a. Faktor Utama meliputi : letak dari
pasar, letak dari sumber bahan mentah, terdapatnya fasilitas pengangkutan,
supply dari buruh dan tenaga kerja yang tersedia, dan terdapatnya pembangkit
tenaga listrik (power station).
b. Faktor Sekunder meliputi : rencana
masa depan, biaya dari tanah dan gedung,kemungkinan perluasan, terdapatnya
fasilitas service, terdapatnya fasilitas pembelanjaan, persediaan air, tinggi
rendahnya pajak dan Undang – Undang Perburuhan, masyarakat di daerah itu
(sikap, besar, dan keamanan), iklim, tanah, perumahan yang ada dan fasilitas –
fasilitas lainnya.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi dapat dikelompokkan menjadi faktor - faktor yang berkaitan dengan input
dan output produksi, faktor - faktor yang berkaitan dengan proses produksi dan
faktor - faktor yang berkaitan dengan kondisi lingkungan luar.
2.5 Studi Kasus Pemilihan Lokasi Pabrik Eldora
Company
Ann Reardon adalah CEO dari Eldora
Company (EDC) selama 13 tahun. Beliau telah memimpin organisasinya hingga
mencapai periode sukses. Pada saat pembuat sepeda yang lebih besar
mengembangkan manufacturing operation di luar negri untuk mendapatkan
keuntungan dari murahnya upah tenaga kerja, Eldora stuck dengan strategi
domestic manufacturing diBoulder Colorado. Ann merasa bahwa strategi tersebut
memiliki kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan perusahaan: EDC
menjadi pabrik sepeda terbesar dan sangatmenguntungkan di US.
Sean Andrews yang merupakan
Manufacturing Vice President mendesak untuk mendirikan pabrik di china dengan
pertimbangan bahwa industri sepeda di US telah mengalami penurunan, sehingga di
perlukan untuk membuat pasar baru dan mendirikan pabrik di Asia.
Pada tahun 1992, penjualan dan
keuntungan EDC’s mencapai puncaknya. EDC memproduksi setidaknya 30% dari sepeda
yang terjual di US. Pertumbuhan market di US hanya 2% pertahunnya, sedangkan di
Asia untuk pasar yang sama memiliki pertumbuhan dua kali lipatnya pertahun. Dua
pabrik sepeda terbesar di dunia yang mengembangkan pabriknya di Asia menikmati
keuntungan yang signifikan dari biaya tenaga dan distribusinya.
Alasan kesuksesan Eldora adalah
bahwa seluruh pegawai di semua level membagikan pengetahuan dan kecintaannya
terhadap sepeda serta terus mengikuti gaya dan trend terbaru. Alasan lain
adalah bahwa keseluruhan proses produksi, pemasaran, desainer dan teknisi
bekerja dalam satu kampus, sehingga komunikasinya sangat mudah dan hanya
memerlukan sedikit waktu untuk berjalan dari satu bagian ke bagian yang
lainnya. Hal ini sangat efektif dan efisien.
EDC juga memperoleh keuntungan
dengan menjual produk di segmen hi-end (harga retaik antara $400 hingga $700)
12 tahun lebih cepat. Ann bekerja sama dengan Rinaldi (pabrik Sepeda Hi- End di
Italia yang khusus bergerak di model Racing). Bagian dari persetujuan kerjasama
tersebut adalah EDC mengimpor Sepeda Rinaldi dibawah nama Semmit dan
menjualnya di dealer khusus. Demikian pula Rinaldi menjadi marketing EDC di
Eropa. Walaupun tidak terlalu populer, 20% penjualan EDC berasal dari luar US
(terutama kanada dan Eropa) dengan perjanjian tersebut.
Kerjasama dengan Rialdi dan bike
shop khusus juga membantu EDC waspada terhadap trend industri terbaru, yaitu
trend untuk menambahkan material rangka yang eksotik seperti alumunium dan
karbon fiber dan banyak lagi komponen lain.
Antara 1987 hingga 1991 pertumbuhan
penjualan luar negri EDC’s rata-rata 80% pertahun. Namun sejak 2 tahun
belakangan ini pertumbuhannya datar. Ann Reardon berkumpul dengan Sean Andrews
dan Dale Stewart (Vice President Pemasaran EDC’s) untuk membahas rencana EDC’s
memasuki pasar Asia.
Pasar utama EDC adalah di North
America dam Western Europe yang merepresentasikan paling sedikit seperempat
permintaan di dunia. Dari 200 juta sepeda yang diproduksi didunia tahun lalu,
China, 30% terjual di India dan 9% di Jepang. Sejarahnya, penjualan utama
sepeda diasia adalah produk Low-End yang digunakan untuk transportasi.
Namun gambaran economi berubah cepat. Terdapat pertumbuhan di segmen menengah.
Kebanyakan pelanggan saat ini mencari kualitas yang lebih bagus dan model yang
lebih trendi. Faktanya, permintaan di pasar untuk kategori produk yang EDC’s
produksi mengalami kenaikan dua kali lipat dan pertumbuhannya tetap
berkelanjutan.
2.6 Studi Kasus Pemilihan Lokasi Pabrik Gula
Sugar Group Companies
Pada periode
1991-2001, industri gula Indonesia menghadapi berbagai
masalah yang signifikan. Salah satu penyebab kemunduran industri gula nasional
adalah inefisiensi di tingkat usahatani dan di tingkat Pabrik Gula (PG).
Tingkat produktivitas tebu/ha yang dicapai oleh perkebunan rakyat yang pangsa
produksinya sekitar 68% adalah sekitar 4-5 Ton gula/ha, jauh di bawah potensi
produksi sekitar 13 Ton gula/ha (PT Perkebunan Nusantara XI, 2000).
Di samping
masalah teknik budidaya yang belum optimal, salah satu penyebab rendahnya
efisiensi yang tercermin dari rendahnya produktivitas dan rendemen adalah belum
adanya keterpaduan sistem produksi antara petani yang memproduksi tebu dengan
PG. Keterpaduan jadwal tanam dan tebang menentukan umur tebu saat dipanen yang
selanjutnya mempengaruhi produktivitas, rendemen, dan efisiensi di Pabrik Gula.
Hal ini tercermin dari belum terpadunya jadwal tanam dan tebang/giling antara
petani dan Pabrik Gula (Adisasmito, 1998; Woeryanto 2000; dan Murdiyatmo,
2000). Karena keterbatasan kapasitas pabrik dan pada masa puncak produksi, masa
tebang optimum sering menjadi rebutan antara pihak Pabrik Gula dengan petani
dan antar petani. Di sisi lain, belum terpadunya jadwal tanam dan tebang juga
menyebabkan inefisiensi di tingkat pabrik (17 dari 50 Pabrik Gula) karena tidak
mencapai kapasitas minimum atau minimum hari giling (Arifin, 2000). Hal ini
terjadi karena kelemahan perencanaan, baik ketika masa penanaman maupun
penebangan (Adisasmito, 1998).
Situasi ini
menimbulkan saling curiga antara petani dengan Pabrik Gula, khususnya yang
berkaitan dengan rendemen. Masalah lain penyebab kemunduran industri gula
Indonesia adalah bahwa setiap perencanaan seperti perencanaan tanam dan tebang,
petani tidak dilibatkan secara optimal (Soentoro dan Sudaryanto, 1996;
Suprihatini, 1998; Adisasmito, 1998; Woeryanto, 2000). Pendekatan yang kurang
partisipatif tersebut menyebabkan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan
pemerintah tidak mempunyai kekuatan yang mengikat, khususnya bagi petani. Formulasi
Model Penentuan jadwal tanam dan tebang, aspirasi dari pihak-pihak yang
berkepentingan seyogyanya diberi ruang yang lebih leluasa. Hal ini dapat
diwujudkan bila kerangka analisis yang digunakan secara eksplisit memasukan
proses negosiasi/partisipasi dalam penentuan keputusan tersebut (Contreras,
1985; Bare dan Mendoza, 1980).
Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang
atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya
menentukan metode penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang
efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut
berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan
produk/jasa tersebut.
Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah
kegiatan memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (Channel
of Distribution).Masalah pemilihan saluran distribusi adalah
masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat
menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke
konsumen.Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar
jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran
distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut:
a. Sifat pasar dan lokasi pembeli
b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang
pedagang perantara.
c. Pengendalian persediaan, yaitu
menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.
d. Jaringan pengankutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan
agen travel untuk menyalurkan jasanyakepada konsumen. Jadi salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri
dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat sertapola distribusi
perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi.
Menurut Sumarwan dkk (2009) mendefinisikan
saluran distribusi merupakan sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang
mengkombinasi antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk
menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa
saluran distribusi merupakan salah satu yang penting dalam aspek pemasaran
karna untuk menentukan berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan.
Metode
analisis atau pendekatan dengan fenomena dimana melibatkan banyak pihak yang
berkepentingan dengan masing-masing tujuan tersebut dikenal sebagai kelompok
multy party multy objective mathematical programing model (MPMO). Pendekatan
ini antara lain sudah mulai dikembangkan di Philipina sejak akhir tahun 1970-an
(Bare et al. 1979; Bare dan Mendoza,1980; Contreras,1985). Dalam menyusun atau
mengembangkan model MPMO, maka ada lima tahapan yang umum ditempuh sebagai
berikut :
a.
identifikasi pihak-pihak yang
berkepentingan atau kelompok (interest groups)
b.
identifikasi kepentingan atau tujuan
(objectives) masing-masing kelompok
c.
identifikasi sumberdaya atau kendala
dalam pencapaian tujuan
d.
formulasi model riset operasi :
multy party – multy objective model
e.
pencarian solusi kompromi (compromise
solution) dari model.
Sesuai dengan tahapan penyusunan
model MPMO untuk tingkat usahatani dan Pabrik Gula, maka tahap pertama adalah
identifikasi kelompok yang mempunyai kepentingan terhadap industri gula. Dalam
penelitian ini, kelompok yang mempunyai kepentingan terdiri daripetani tebu,
pabrik gula, penebang, dan pemerintah. Secara garis besar ada enam kelompok
kendala yaitu kelompok kendala lahan , kendala ketersediaan traktor, kendala
tenaga tebang, kendala jadwal tebang dan giling, kendala perhitungan produksi
tebu , kendala produksi gula, kendala bagi hasil, dan kendala perhitungan
biaya.
Solusi
terhadap masalah yang diformulasikan menggunakan prosedur step/stem. Tahap
pertama adalah mencari solusi optimal untuk masing-masing kelompok/tujuan dan
tahap kedua adalah tahap negosiasi/kompromi diantara kelompok yang
berkepentingan. Setelah proses negosiasi, solusi kompromi baru dicari kembali
dan selanjutnya dinegosiasikan kembali. Proses ini terus diulang sampai semua
pihak sepakat dengan solusi yang diperoleh dan hal ini diharapkan dapat
menangkap aspek politik/negosiasi antar pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh
karena itu, hasil solusi jarang disebut sebagai optimal solution, tetapi lebih
sesuai disebut compromise atau satisfying solution.
Mempertahankan operasi di daerah terpencil menempatkan tanggung
jawab khusus pada Sugar Group Companies untuk menjaga karyawan dan keluarga
mereka dengan cara yang komprehensif. Sugar Group Companies mendukung karyawan
dan memberikan fasilitas pada mereka dengan menyediakan perumahan, air minum
bersih, listrik, sekolah, layanan kesehatan dan tempat-tempat keagamaan dan
rekreasi di lingkungan kota dekat dengan perusahaan. Karyawan Sugar Group
Companies ‘dan keluarga mereka berpartisipasi dalam koperasi yang menyediakan
jasa keuangan dan produk kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih murah.
Melalui penelitian dan Pengembanga kontinyu yang dilukukan Sugar
Group Companies dihasilkan berbagai spesies tebu yang memiliki ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit, hasil produksi yang tinggi dan kadar gula
tinggi. Pembangunan infrastruktur mendukung dan menopang berbagai kegiatan
produksi terkait dengan perkebunan dan pabrik. Sugar Group Companies telah
membangun beberapa kilometer jalan utama dan jalan cabang untuk mendukung dan
mepermudah efisiensi pengangkutan hasil panen tebu ke pabrik-pabrik nya.
Sebuah proses yang berkesinambungan dari penelitian dan
pengembangan merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatkan hasil dan
kesejahteraan perusahaan secara keseluruhan.
Kedepan Sugar Group Companies akan memperluas
sisi bisnis gula, karena permintaan domestik untuk gula saat ini melebihi
produksi. Selain itu, Sugar Group Companies akan mempromosikan bisnis bahan
bakar etanol dan mencari pangsa pasar ekspor. Sugar Group Companies juga
melakukan diversifikasi produk, dengan memanfaatkan peralatan yang ada. Sugar
Group Companies berencana untuk membangun pabrik fouth di pulau Sumatera karena
peningkatan permintaan untuk gula domestik dan ekspor. Sugar Group Companies
juga berencana untuk membagi produksi etanol menjadi perusahaan terpisah dan
meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan luar negeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata 'pabrik' bukan hanya milik para insinyur atau buruh semata.
Bukan pula selalu mewakili sebuah sistem yang rumit, canggih dan sulit
dipahami. Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia.
Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya
nilai tambah secara ekonomi, dari bahan baku yang diolah
menjadi produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pabrik bisa
digolongkan dalam dua kelompok besar berdasarkan sejauh mana sebuah reaksi
kimia terlibat dalam proses produksi, yaitu pabrik manufaktur atau pabrik
perakitan dan pabrik sintesis atau pabrik kimia.
Pabrik perakitan tidak mengubah bahan baku menjadi produk dengan
reaksi kimia sebagai proses utama. Perubahan bahan baku menjadi produk bukan
sebuah reaksi kimia. Pabrik perakitan mobil, pabrik konveksi dan pabrik rokok
adalah beberapa contoh pabrik yang termasuk dalam kelompok ini. Pabrik kimia
atau pabrik sintesis menyelenggarakan sebuah atau serangkaian reaksi kimia
untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Beberapa anggota kelompok ini
misalnya pabrik sabun, pabrik alat-alat kosmetik dan pabrik gula. Pabrik-pabrik
yang kerja utamanya membuat formulasi, hanya mencampurkan bahan-bahan kimia
menjadi satu larutan atau campuran juga digolongkan sebagai pabrik kimia.
Tulisan ini ditujukan untuk menjadi gambaran umum mengenai alur
pikir secara umum dalam merancang sebuah pabrik kimia. Namun demikian beberapa
nilai yang perlu diperhatikan dalam merancang pabrik kimia seperti yang akan
dibahas lebih lanjut bisa juga diterapkan dalam merancang pabrik perakitan.
Tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan
memberikan panduan tentang apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan teknologi proses produksi dan penentuan lokasi pabrik yang kemudian
dilanjutkan dengan panduan menghitung laba kotor dan kebutuhan bahan baku per
satuan kilogram produk. Panduan memilih dan merancang alat-alat yang akan
digunakan pabrik akan dituangkan pada tulisan bagian kedua. Tulisan ini akan
ditutup dengan panduan merencanakan tata letak pabrik serta perhitungan
kelayakan ekonomi yang memperhitungkan seluruh pengeluaran yang akan dan
mungkin, termasuk cicilan bunga bank, pada bagian ketiga.
3.2 Pemilihan Pabrik Yang Akan Dibangun Serta
Teknologi Yang Akan Digunakan
Pemilihan pabrik yang akan dibangun
secara umum digolongkan menjadi tiga motivasi. Karena permintaan pasar, karena
ketersediaan bahan baku yang berlimpah serta karena tersedianya teknologi baru.
Bisa jadi motivasi untuk dibangunnya sebuah pabrik merupakan kombinasi dua
jenis motivasi di atas atau bahkan kombinasi ketiga-tiganya sekaligus.
Pembangunan pabrik karena
permintaan pasar yang meningkat merupakan motivasi yang sangat lazim dan sesuai
dengan hukum ekonomi. Hal yang perlu diselidiki lebih lanjut adalah apakah
lonjakan permintaan pasar tersebut akan stabil terus meningkat di masa datang,
atau ada alasan-alasan khusus yang mempengaruhi pasar, seperti alasan tidak
stabilnya politik negara, embargo ekonomi, atau kecelakaan-kecelakaan yang
dialami produsen lain, calon saingan, yang menyebabkan produsen tersebut
menurunkan produksi. Perlu data akurat dan analisis pasar yang jeli dari
orang-orang yang berpengalaman untuk memastikan kestabilan peningkatan
permintaan pasar. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kapasitas produksi
calon-calon saingan dari pabrik yang akan dibangun. Bisa jadi saingan tersebut
sudah mengantisipasi lebih dahulu dan sudah mulai meningkatkan kapasitas
produksi sebagai usaha mencuri start.
Motivasi membangun pabrik karena
ketersediaan bahan baku merupakan motivasi yang sangat diharapkan dan didukung
oleh pemerintah Indonesia. Fakta bahwa negara Indonesia punya sumber daya alam
yang beraneka ragam dan berlimpah tidak perlu dipertanyakan lagi. Penggunaan
bahan baku yang hanya ada di Indonesia akan meningkatkan daya saing pabrik
tersebut. Bahan baku dari bidang pertanian menjanjikan keunggulan tersebut
karena ada banyak jenis tumbuhan yang hanya bisa tumbuh alami di Indonesia.
Hanya saja motivasi seperti ini memerlukan pemikiran yang kreatif, pemahaman
terhadap teknologi kimia yang handal serta orang-orang yang memiliki visi
tangguh.
Tantangan lain adalah teknologi
yang akan digunakan bisa jadi teknologi yang benar-benar baru atau teknologi
lama yang perlu banyak modifikasi. Literatur juga terbatas disebabkan
negara-negara maju jarang menyelenggarakan penelitian pengembangan teknologi
untuk mengolah bahan baku yang tidak ada di dalam negerinya. Karena itu
motivasi jenis ini memerlukan serangkaian penelitian dan pengkajian teknologi
sebelum pabrik yang dicita-citakan akan didirikan.
Negara-negara maju saat ini
berlomba-lomba membangun pabrik karena motivasi tersedianya suatu teknologi
baru. Ketersediaan teknologi baru tidak hanya sekadar menyuguhkan suatu
teknologi proses yang lebih hemat tapi bisa juga suatu produk baru. Hal ini
bisa meningkatkan prestise negara tersebut di mata dunia. Pembangunan pabrik
Compact Disc (CD) misalnya, adalah sebuah contoh pabrik yang dibangun karena
ketersediaan suatu teknologi dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai sinar
laser dan apa yang mampu sinar laser akibatkan pada struktur kristal. Tapi
tetap saja motivasi jenis ini butuh ide-ide yang cemerlang dan inovatif, yang
percaya kalau fenomena sinar laser bisa digunakan sebagai sarana penyimpanan
dan pembacaan data digital.Tidak semua teknologi baru bisa dikembangkan menjadi
pabrik dengan produk baru.
Intinya, ketiga motivasi itu bisa
berbuah menjadi sebuah pabrik apabila motivasi itu terdapat pada diri orang
yang paham teknologi, punya visi tangguh, berani bersaing, memperhitungkan
resiko dan berani menerima resikonya serta mau bekerja keras.
3.3 Pemilihan Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik secara umum
bisa dikelompokkan berdasarkan dua alasan pemilihan, mendekati tempat bahan
baku berada atau mendekati tempat pasar berada. Alasan pemilihan tersebut perlu
mempertimbangkan biaya pengiriman dan transportasi, sarana dan prasarana di
daerah sekitar serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Pabrik biasanya didirikan di
sekitar tempat bahan baku berada karena alasan bahan baku memiliki konsentrasi
yang terlalu rendah. Freeport rela membangun pabriknya di tengah hutan Papua
walaupun perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya besar untuk melengkapi
sarana transportasi, pembebasan tanah, perumahan karyawan dan lain-lain karena
biaya produksi akan jauh lebih mahal jika tanah yang mengandung emas dan
tembaga tersebut dibawa ke tanah Jawa dan didulang di Jawa.
Alasan lain adalah bahan baku
berupa gas atau cair yang perlu penanganan khusus dalam pemindahan dan
transportasinya. Inilah sebabnya lokasi pengilangan gas alam dan minyak bumi
berada di tempat terpencil. Pabrik yang menggunakan hasil pertanian sebagai
bahan baku juga sering dibangun di dekat kawasan pertaniannya untuk menghindari
kerusakan bahan baku karena busuk. Pabrik pengalengan ikan juga biasanya di
dekat dermaga.Malah ada pabrik yang dibangun di atas kapal untuk menghindari
ikan menjadi busuk dan menghemat biaya transportasi untuk pasar ekspor.
Istilah 'mendekati pasar' di sini
bukan semata-mata berarti harus berjarak dekat dengan pasar, tapi maksudnya
adalah memiliki akses yang mudah, murah dan cepat ke konsumen karena
tersedianya sarana transportasi yang memadai.Pemilihan lokasi pabrik yang
mendekati pasar adalah alasan yang lebih lazim digunakan.Bagi pabrik yang
memproduksi produk yang rentan dan perlu penanganan khusus, seperti pabrik es
krim, membangun pabrik di dekat pasar yang ditargetkan menjadi sangat
penting.Pabrik yang memiliki banyak saingan juga perlu berada di daerah yang
memiliki akses yang mudah dan cepat ke pasar.
Pabrik-pabrik minuman ringan (soft
drink) membangun pabrik pengemasan dalam botol (bottling company) di berbagai
tempat untuk memperluas pasarnya dan untuk menjaga agar konsumennya tidak
beralih ke produk lain yang sejenis. Istilah pasar sendiri tidak semata-mata
pasar domestik namun juga berarti pasar mancanegara jika perusahaan
berorientasi pada produk ekspor.Bagi pabrik seperti ini, lokasi di dekat
dermaga atau bandar udara menjadi contoh lokasi pabrik yang mendekati
pasar.Bahkan kadang-kadang ada pabrik yang membangun dermaganya sendiri untuk
kebutuhan ekspor bila dermaga umum tidak layak atau terlalu ramai.
Pemilihan lokasi mendekati pasar
biasanya lebih disukai apabila pemerintah daerah setempat memiliki dan mengatur
tata kota dengan visi sebagai kota kawasan industri. Segala sarana perhubungan
seperti jalan raya dan jalan bebas hambatan, dermaga dan bandara serta sarana
utilitas seperti listrik dan air bersih adalah milik umum yang diusahakan oleh
pemerintah. Sarana perumahan untuk karyawan juga akan mudah terjangkau dari
kawasan pabrik jika kota tersebut memiliki tata kota yang baik sebagai kota
industri. Sarana hiburan bagi karyawan tidak perlu disediakan oleh perusahaan
karena pihak swasta akan berlomba-lomba untuk membangunnya di kota tersebut.
Akan lain halnya jika lokasi pabrik
mendekati bahan baku dan harus didirikan di lokasi terpencil. Segala sarana
perhubungan, sarana utilitas, perumahan karyawan berikut sarana hiburan dan
peribadatannya perlu menjadi perhatian perusahaan pemilik pabrik. Hal ini akan
berarti tambahan biaya investasi. Tetapi perusahaan yang didirikan di lokasi
mendekati bahan baku biasanya memiliki keuntungan biaya operasional yang lebih
ringan serta dukungan pemerintah daerah setempat. Bahkan kadang-kadang
perusahaan bisa mendesak pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan yang
menguntungkan perusahaan misalnya kelonggaran peraturan mengenai lingkungan
hidup dan ketenagakerjaan. Kebijakan pemerintah menjadi faktor yang sangat
mempengaruhi perolehan profit dan benefit bagi perusahaan.
Pemerintah daerah kawasan industri
akan menetapkan upah minimum regional yang tinggi serta peraturan lingkungan
yang ketat. Kebijakan ini berani dilakukan karena pemerintah daerah tersebut
sadar akan nilai tawar dari kawasannya. Oleh sebab itu perusahaan yang akan
membangun pabrik di kawasan industri harus menghadapi biaya operasional yang
lebih besar untuk pengeluaran sosial (social cost).
Pada akhirnya pemilihan lokasi
mendekati bahan baku atau mendekati pasar juga berdasarkan keuntungan ekonomi (profit)
dan keuntungan sosial kemasyarakatan (benefit) dari akibat pemilihan lokasi.
Dalam rangkaian tulisan ini hanya dibahas analisis keuntungan ekonomi (profit).
Untuk keperluan tersebut perlu perhitungan yang cermat dalam neraca massa dan
energi pabrik produksi serta pemilihan sistem proses dan sistem pemroses yang
paling efisien. Panduan mengenai perhitungan dan perancangan sistem proses dan
sistem pemroses akan disampaikan pada bagian berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar