BAB I
PENEMPATAN PEGAWAI
Langkah awal dalam menghasilkan sumber
daya manusia yang terampil dan handal, perlu adanya suatu perencanaan dalam
menentukan karyawan yang akan mengisi pekerjaan yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan. Keberhasilan dalam pengadaan tenaga kerja terletak pada ketepatan
dalam penempatan karyawan, baik penempatan karyawan baru maupun karyawan lama
pada possisi jabatan baru.
Proses penempatan merupakan suatu proses yang sangat menentukan dalam
mendapatkan karyawan yang kompeten yang di butuhkan perusahaan, karena
penempatan yang tepat dalam posisi jabatan yang tepat akan dapat membantu
perusahaan dalam mencapai tujuan yang di harapkan.
1.1
Pengertian Penempatan Pegawai
Placement atau penempatan
kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan karena merupakan faktor penting yang
dapat menghasilkan pendayagunaan sumber daya manusia (SDM) yang optimal
bagi perusahaan sehinggadapat tercapainya tujuan perusahaan.
Adapun pengertian penempatan menurut
para ahli antara lain :
a.
Menurut
Marihot Tua Efendi Hariandja, Penempatan SDM merupakan proses penugasan kembali pegawai
pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda.
b.
Menurut
Mathis & Jackson, Penempatan
SDM adalah menempatkan posisi seseorang ke posisi pekerjaaan yang tepat,
seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaannya akan mempengaruhi jumlah
dan kualitas pekerjaan.
c.
Menurut
Melayu S.P Hasibuan, Penempatan
SDM/ penempatan karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan
calon karyawan yang diterima pada jabatan / pekerjaan yang dibutuhkannya dan
sekaligus mendelegasikan kepada orang tersebut.
d.
Menurut
Sastrohadiwiryo, Penempatan SDM adalah proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada
karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang
telah ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggung jawab.
Berdasarkan
definisi yg dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa
penempatan SDM adalah kebijaksanaan sumber daya manusia untuk menentukan posisi/jabatan
seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat melaksanakan pekerjaannya
dalam suatu jabatan secara efektif dan efisien.
1.2 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penempatan SDM
Dalam pelaksanaan penempatan pegawai Bedjo Siswanto (1989:
88) mengemukakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan
pegawai adalah sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan
Perusahaan
Pertumbuhan bisnis perusahaan akan menciptakan posisi
pekerjaan baru yang menyebabkan terjadinya pengisian posisi pekerjaan baru,
baik melalui promosi karyawan yang sudah ada atau promosi karyawan baru.
b. Latar
Belakang Pendidikan
Prestasi akademis yang dimiliki tenaga kerja selama
mengikuti pendidikan sebelumnya harus dipertimbangkan, khususnya dalam
penempatan tenaga kerja tersebut untuk menyelesaikan tugas pekerjaan, serta
mengemban wewenang dan tanggung jawab. Prestasi akademis yang perlu dipertimbangkan
tidak terbatas pada jenjang terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang
pendidikan yang pernah dialaminya.
Tenaga kerja yang memiliki prestasi akademis tinggi harus
ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya,
sebaliknya tenaga kerja yang memiliki latar belakang akademis rata-rata atau
dibawah standar harus ditempatkan pada tugas dan pekerjaan ringan dengan beban
wewenang dan tanggung jawab yang relatif rendah. Latar belakang pendidikan pun
harus menjadi pertimbangan dalam menempatkan karyawan. Misalnya, sarjana
ekonomi harus ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dalam bidang ekonomi.
Latar belakang akademis ini dimaksudkan untuk menempatkan karyawan yang
tepat pada posisi yang tepat pula (The Right Man on The Right Place).
c. Kesehatan
Fisik dan Mental
Dalam menempatkan karyawan, faktor fisik dan mental
perludipertimbangkan karena tanpa pertimbangan yang matang, maka hal-halyang
bakal merugikan perusahaan akan terjadi. Penempatan karyawan pada tugas dan
pekerjaan tertentu harus disesuaikan dengan kondisi fisik danmental karyawan
yang bersangkutan. Kesehatan erat
kaitannya dengan sumber daya manusia.
Pekerjaan-pekerjaan yang berat dan berbahaya misalnya hanya
mungkin dikerjakan oleh orang-¬orang yang mempunyai fisik sehat dan kuat,
sedangkan sumber daya manusia yang fisiknya lemah dan berotak cerdas dapat
ditempatkan pada bidang administrasi, pembuatan konsep atau
perhitungan-perhitungan yang memerlukan ketekunan luar biasa, namun faktor
kesehatan ini masih perlu diperhatikan dalam penempatan mereka.
Hal ini dapat dipahami, meskipun tes kesehatan telah
meluluskan semua sumber daya manusia baru, tetapi kadang-kadang tes kesehatan
tersebut dilakukan sepintas kilas kurang dapat mendeteksi kondisi jasmani
secara rinci.
d. Pengalaman
Kerja
Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan
pertimbangan dalam penempatan kerja karyawan. Kenyataan menunjukkan makin
lama karyawan bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki
karyawan yang bersangkutan, sebaliknya semakin singkat masa kerja, semakin
sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja benyak memberikan
keahlian dan keterampilan kerja.Pengalaman bekerja yang dimiliki seseorang
kadang-kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang menjulang
tinggi. Karyawan yang berpengalaman dapat langsung menyelesaikan tugas dan
pekerjaanya. Karyawan hanya memerlukan pelatihan dan petunjuk yang relatif
singkat. Sebaliknya karyawan yang hanya mengandalkan latar belakang pendidikan
dan gelar yang disandangnya, belum tentu mampu mengerjakan tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepadanya dengan cepat.
e. Faktor Status Perkawinan
Status perkawinan sumber daya manusia perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam penempatannya, karena banyak pekerjaan yang mempersyaratkan
penerimaan sumber daya manusia yang belum menikah. Bagi sumber daya manusia
yang sudah menikah apalagi yang mempunyal anak tentu penempatannya tidak seluas
sumber daya manusia yang belum menikah. Oleh sebab itu banyak perusahaan
mempunyai toleransi besar yang menempatkan kedua suami istri itu dalam satu
kota atau dalam satu kantor. Hal ini dengan pertimbangan agar para sumber daya
manusia yang bersangkutan dapat tenang bekerja.
f.
Sikap
Sikap merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang.
Dalam penempatankaryawan faktor sikap hendaknya menjadi pertimbangan
bagimanajersumberdaya manusia, karena hal
tersebut akan berpengaruh secara langsung baik bagi individu dan perusahaan
maupun bagi masyarakat sebagai pengguna jasa dari perusahaan itu sendiri
g. Usia
Faktor usia tenaga kerja yang lulus seleksi perlu
dipertimbangkan dalam penempatan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja berdasarkan
usia perlu dilakukan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan
oleh karyawan yang bersangkutan
1.3 Prinsip-Prinsip
Penempatan Kerja
Prinsip-prinsip
yag harus diperhatikan dalam penempatan karyawan yaitu:
a. Prinsip kemanusiaan
Prinsip yang menganggap manusia sebagai unsur pekerja yang
mempunyai persamaan harga diri, kemauan, keinginan, cita-cita, dan kemampuan
harus di hargai posisinya sebagai manusia yang layak tidak di anggap mesin.
b. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini menunjukan adanya saling menghormati, saling
menghargai, dan saling mengisi dalam melakasanakan pekerjaan.
c. Prinsip the right man on the right
place
Prinsip ini penting di laksanakan dalam arti bahwa
penempatan setiap orang dalam setiap organisasi yang berarti bahwa penempatan setiap orang dalam organisasi
perlu didasarkan pada kemampuan, keahlian, pengalaman, serta pendidikan yang di
miliki oleh orang yang bersangkutan.
d. Prinsip equal pay for equal work
Pemberian balas jasa terhadap karyawan baru didasarkan atas
hasil prestasi kerja yang di dapat oleh pegawai yang bersangkutan.
e. Prinsip Kesatuan Arah
Prinsip ini di terapkan dalam perusahaan terhadap setiap
karyawan yang bekerja agar dapat melaksanakan tugas-tugas, di butuhkan kesatuan
arah, kesatuan pelaksanaan tugas sejalan dengan program dan rencana yang di
gariskan.
f.
Prinsip
Kesatuan Tujuan
Prinsip ini erat hubungannya dengan kesatuan arah artinya
arah yang dilaksanakan karyawan harus di fokuskan pada tujuan yang di capai.
g. Prisip Kesatuan Komando
Karyawan yang bekerja selalu di pengaruhi adanya komando
yang di berikan sehingga setiap karyawan hanya mempunyai satu orang atasan.
h. Prinsip Efisiensi dan Produktifitas
Kerja
Prinsip ini merupakan kunci ke arah tujuan perusahaan karena
efisiensi dan produktifitas kerja harus dicapai dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
Menyesuaikan prinsip tersebut tidak mudah bagi seorang
karyawan yang baru yang belum dikenal, karena alasan itulah maka penempatan
pertama biasanya berstatus “percobaan”. Penempatan karyawan baru ini
harus dilakukan orientasi dan induksi. Orientasi artinya memberitahukan kepada
karyawan baru tentang hak dan kewajibannya, tugas dan tanggung jawabnya,
peraturan-peraturan perusahaan, sejarah dan struktur organisasi perusahaan
serta memperkenalkannya kepada pada karyawan lama. Orientasi kurang tepat
apabila dinyatakan sebuah langkah, oleh karena itu merupakan sebuah aktivitas
yang berlangsung terus. Orientasi dimulai sebelum induksi dan setelah itu
diikuti oleh apa yang dinamakan “follow-up” (Tindak lanjut).
Menurut Winardi (2000:102) tujuan orientasi adalah membantu
seorang karyawan baru (atau seorang karyawan yang baru saja dipindahkan atau
yang baru saja bergabung dengan sebuah team kerja) dengan apa yang harus
dirasakannya tentang unit baru dan hubungan-hubungan pekerjaan tersebut dengan
sasaransasaran bagi organisasi secara keseluruhan .Induksi adalah kegiatan
untuk mempengaruhi tingkah laku karyawan baru yang telah ditempatkan, agar ia
menaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Perusahaan mengharapkan dengan induksi ini karyawan baru
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sehingga karyawan tersebut
dapat mengerjakan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien. Kegiatan untuk
menginduksi ini dilakukan oleh atasan langsung dan para karyawan senior dalam
unit kerjanya. Jika induksi ini tidak berhasil maka karyawan percobaan ini
kemungkinan besar akan dikeluarkan. Induksi merupakan tolok ukur apakah seorang
karyawan dapat diterima menjadi karyawan suatu perusahaan.
Perusahaan-perusahaan tertentu berusaha untuk mempertahankan
seorang karyawan dengan jalan menyediakan penempatan temporer atau penempatan
sementara pada pekerjaan tertentu apabila tidak terdapat lowongan pekerjaan
yang cocok bagi karyawan tersebut. Karyawan akan segera dipindahkan pada
pekerjaan yang lebih seseuai bila ada lowongan pekerjaan yang lebih cocok bagi
karywan tersebut.
Penempatan karyawan merupakan usaha untuk menyalurkan
kemampuan sumber daya manusia sebaik-baiknya. Penempatan karyawan dilakukan dengan
jalan menempatkan karyawan pada suatu tempat atau jabatan yang paling sesuai,
dengan penempatan kerja karyawan yang tepat akan meningkatkan semangat kerja
karyawan yang bersangkutan.
1.4 Bentuk
– bentuk Penempatan Kerja SDM
Menurut Sondang P. Siagian (2003: 108) teori manajemen
sumber daya manusia yang mutakhir menekankan bahwa penempatan tidak hanya
berlaku bagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama
yang mengalami alih tugas dan mutasi. Berarti konsep penempatan mencakup promosi,
transfer dan bahkan demosi maupun pemutusan hubungan kerja. Dari uraian
tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk penempatan pegawai meliputi:
·
Penempatan
Pegawai Baru (Calon Pegawai)
Sebelum seorang pegawai ditempatkan maka organisasi harus
mensosialisasikan pegawainya pada pekerjaan baru melalui kegiatan orientasi
untuk meningkatkan dukungan yang lebih efektif. Orientasi artinya
memberitahukan kepada pegawai baru tentang hak da kewajiban, tugas dan tanggung
jawabnya, peraturan, sejarah dan struktur organisasi serta memperkenalkannya
kepada pegawai lama. Orientasi ini bertujuan agar pegawai baru merasa dirinya
diterima dalam lingkungan pekerjaannya sehingga ia tidak canggung lagi untuk
mengerjakan tugas-tugasnya. Apabila program orientasi telah dilaksanakan, maka
hasil dari program orientasi ini akan dijadikan pertimbangan bagi seorang
pegawai baru untuk ditempatkan pada posisinya.
·
Penempatan
Pegawai Lama
Penempatan pegawai lama mengandung arti bahwa penempatan
tidak hanya berlakubagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi para
pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi yang terdiri dari:
Ø Promosi
Menurut
Marihot (Marihot, 2002: 157) promosi adalah menaikkan jabatan seseorang ke
jabatan lain yang memiliki tanggung jawab lebih besar, gaji lebih besar dan
pada level organisasi yang lebih tinggi. Setiap pegawai mendambakan promosi
karena dipandang sebagi penghargaan atas keberhasilan seseorang menunnjukkan
preestasi kerja yang tinggi dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan
jabatan yang dipangkunya sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan
dan potensi yang bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam
organisasi.
Organisasi pada umumnya menggunakan dua criteria utama dalam
mempertimbangkan seseorang untuk dipromosikan yaitu prestasi kerja dan
senioritas. Promosi yang didasarkan pada prestasi kerja menggunakan hasil
penilaian atas hasil karya yang sangat baik dalam promosi atau jabatan
sekarang. Dengan demikian promosi tersebut dapat di pandang sebagai penghargaan
organisasi atas prestasi kerja anggota itu. Akan tetapi promosi demikian harus
didasarkan pula pada pertimbangan lain yaitu perhitungan yang matang atas
potensi dan kemampuan yang bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi.
Praktek promosi lainnya ialah yang didasarkan pada
senioritas. Promosi berdasarkan senioritas berarti bahwa pegawai yang paling
berhak dipromosikan ialah yang masa kerjanya yang paling lama. Banyak
organisasi yang menempuh cara ini dengan tiga pertimbangan yaitu :
a.
Sebagai
penghargaan atas jasa- jasa seseorang paling sedikit dilihat dari segi
loyalitas kepada organisasi
b.
Penilaian
biasanya bersifat objektif karena cukup membandingkan masa kerja orang- orang
terytentu yang dipertimbangkan untuk dipromosikan
c.
Mendorong
organisasi mengembangkan para pegawainya karena pegawai yang paling lama
berkarya akhirnya mendapat promosi.
Ø Transfer ( Alih Tugas )
Transfer adalah pemindahan pegawai dari satu jabatan ke
jabatan lain yang memiliki tanggung jawab yang sama, gaji yang sama dan level
organisasi yang sama. Transfer terjadi jika seorang pegawai dipindahkan dari
satu bidang tugas ke bidang tugas yang lainnya yang tingkatannya hampir sama
baik tingkat gaji, tanggung jawab maupun tingkat strukturalnya.
Dalam hal ini seorang pegawai ditempatkan pada satuan kerja
baru yang lain dari satuan kerja dimana seseorang selama ini berkerja. Bentuk
lainnya ialah alih tempat yaitu hanya secara fisik lokasi tempat ia biasa
bekerja berbeda dari tempat dimana sekarang ia bekerja. Melalui alih tugas ini
sesungguhnya para karyawan/ pegawai akan mendapatkan manfaat yang egitu besar
diantaranya yaitu :
a.
pengalaman
baru
b.
cakrawala
pandangan lebih luas
c.
tidak
terjadinya kebosanan atau kejenuhan
d.
perolehan
pengetahuan dan keterampilan baru
e.
perolehan
perspektif baru mengenai kehidupan organisasional
f.
persiapan
untuk menghadapi tugas baru
g.
motivasi
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Ø Penurunan jabatan (demosi)
Demosi adalah pemindahan pegawai dari jabatan lain yang
memiliki tanggung jawab lebih rendah, gaji lebih rendah dan level organisasi
yang lebih rendah atau mengalami penurunan pangkat. Pada umumnya demosi
dikaitkan dengan pengenaan suatu sanksi disiplin karena berbagai alasan
seperti:
a.
Penilaian
negatif oleh atasan karena prestasi kerja yang terus menurun atau tingkat
absensinya terlalu banyak
b.
Perilaku
pegawai yang disfungsional seperti tingkat kemangkiran yang tinggi
c.
Pemutusan
hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja adalah keadaan yang mungkin terjadi
dalam suatu organisasi yang dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan.
Sehingga pemutusan hubungan kerja dapat diartikan sebagai terputusnya hubungan
antara organisasi dengan pegawainya karena suatu alasan. Pemutusan hubungan
kerja akan mengakibatkan munculnya aktivitas penempatan pegawai.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya pemutusan
hubungan kerja, antara lain:
Alasan pribadi pegawai tertentu ;
Alasan pribadi pegawai tertentu ;
Ø Karena pegawai dikenakan sanksi
disiplin yang sifatnya berat.
Ø Karena faktor ekonomi seperti
resesi, depresi atau stagflasi.
Ø Karena adanya kebijaksanaan
organisasi untuk mengurangi kegiatannya yang padagilirannya menimbulkan keharusan
untuk mengurangi jumlah pegawai yang dibutuhkanoleh organisasi.
1.5 Prosedur
Penempatan Kerja SDM
Dalam setiap kegiatan diperlukan tahapan yang harus dilalui
dalam pelaksanaannya. Tahapan tersebut merupakan urutan kronologis yang
dilaksanakan, tahap demi tahapan meninggalkan prinsip dan asas yang
berlaku.Prosedur penempatan karyawan yang diambil merupakan pengambilan
keputusan yang dilakukan manajer tenaga kerja, baik yang telah
diambil berdasarkan pertimbangan rasional maupun ilmiah. Pertimbangan rasional
dalam pengambilan keputusan untuk menempatan tenaga kerja merupakan keluaran
pengambilan keputusan yang didasarkan atas fakta keterangan, dan data yang
dianggap representatif. Artinya, pengambilan keputusan dalam penempatan
kerja tersebut atas dasar hasil seleksi
yang telah dilakukan olehmanajer tenaga kerja, khususnya bagian seleksi tenaga kerja.
Pertimbangan objektif ilmiah berdasarkan data dan keterangan
tentang pribadi karyawan, baik atas dasar referensi dari seseorang maupun atas
hasil seleksi karyawan yang pelaksanaannya tanpa mengesampingkan metode-metode ilmiah.
Adapun prosedur- prosedur yang harus dilakukanantara lain
adalah manajer tenaga kerja mendelegasikan kekuasaannya kepada bagian seleksi
tenaga kerja untuk melaksanakan seleksi
tenaga kerja guna mengisi formasi yang telah tersedia berdasarkan kulifikasi
tertentu atas pelaksanaan seleksi tenaga kerja, bagian seleksi tenaga
kerja,melaporkan/ mempertanggung jawabkan segala kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam rangka seleksi tenaga kerja, kepadamanajer tenaga kerja yang
merupakan atasan langsung kepada bagian penempatan tenaga kerja
untuk menempatkan tenaga kerja yang telah lulus seleksi berdasarkan
kondisi yang ada,dan berdasarkan laporan bagian seleksi tenaga kerja.
Bagian seleksi tenaga kerja atas dasar pelaksanaan fungsi
memberikan hasil seleksi (calon tenaga
kerja yang lulus seleksi ) kepada bagian penempatan tenaga kerja untuk menempatkan tenaga kerja tersebut pada posisi
yang tepat. Atas pelaksanaan fungsi dalam penempatan tenaga kerja, bagian
penempatantenaga kerja melaporkan/mempertanggung jawabkan segala kegiatannya kepada
manajer tenaga kerja yang merupakan
pihak yang mendelegasikankekuasaan/atasanlangsung kepada bagian penempatan
tenaga kerja
Untuk mengetahui prosedur penempatan karyawan harus memenuhi
persyaratan :
Ø Harus ada wewenang untuk menempatkan
personalia yang datang dari daftar personalia yang di kembangkan melalui
analisis tenaga kerja.
Ø Harus mempunyai standar yang di
gunakan untuk membandingkan calon pekerjaan.
Ø Harus mempunyai pelamar pekerjaan
yang akan di seleksi untuk di tempatkan
Ø Apabila terjadi salah penempatan,
maka perlu di adakan suatu program penyesuaian kembali karyawan yang
bersangkutan sesuai dengan keahlian yang di miliki, yaitu dengan melakukan:
v Menempatkan kembali pada posisi yang
lebih sesuai.
v Menugaskan kembali dengan
tugas-tugas yang sesuai dengan bakat dan kemampuan
Para karyawan baru yang telah selesai menjalankan program
orientasi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan yang sesuai dengan bakat
dan keahlian yang di milikinya. Salah satu fungsi MSDM untuk mengurus hal ini
adalah placement. Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada
posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada
karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran
fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya atau
memindahkan pada posisi yang lain.
1.6 Tujuan
Penempatan
Setiap pekerjaan yang di laksanakan pada dasarnya mempunyai
tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan perilaku, begitu juga dengan
penempatan karyawan, manajer sumber daya manusia, menempatkan seorang karyawan
atau calon karyawan dengan tujuan antara lain agar karyawan bersangkutan lebih
berdaya guna dalam melaksanakan pekerjaan yang di bebankan, serta untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai dasar kelancaran tugas.
Tujuan
diadakan penempatan karyawan adalah untuk menempatkan karyawan sebagai unsur
pelaksanaan pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan criteria sebagai berikut :
v Pengetahuan
v Kemampuan
v Kecakapan
v Keahlian
1.7 Hubungan
Antara Sistem Rekrutmen Dengan Kesesuaian Penempatan Kerja
Setiap
perusahaaan dalam mencari dan memilih calon karyawan, tentunya akan berusaha
sebaik mungkian mendapatkan yang terbaik dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
perusahaan tersebut. Usaha untuk mendapatkan calon karyawan yang baik tentunya
perusahaan harus melakukan rekrutmen dan seleksi secara efektif. Pelaksanaan
rekrutmen dan seleksi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mencari
dan mementukan calon karyawan yang akan diterima atau ditolak perusahaan.
Jika pada tahap rekruitmen dan seleksi dilaksanakan dengan
benar dan mengikuti prosedur yang berlaku maka calon tenaga kerja yang akan
ditempatkan pada posisi tertentu dalam perusahaan juga akan sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan olah perusahaan. Proses rekruitmen dan seleksi yang
dilaksanakan dengan benar akan berpengaruh besar pada penempatan karyawan itu
sendiri. Dalam proses seleksi tersebut akan diketahui keahlian
darimasing-masing calon tenaga kerja yang diseleksi melalui test tertulis dan
tesinterview, sehingga besar pengaruhnya pada penempatan karyawan karena
pihak perusahaan akan dengan mudah menempatkan calon karyawan tersebut
dengankeahlian-keahlian yang dimiliki.
Penempatan tenaga kerja yang tepat akan menghasilkan
kualitas karyawan yang baik, dalam arti bahwa karyawan tersebutakan memenuhi
produktifitas serta kinerja yang tinggi yang tentunya akanmemberikan keuntungan
tersendiri bagi perusahaan karena tujuan-tujuanperusahaan akan mudah tercapai
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa rekruitmen, seleksi dan
ketepatan penempatan merupakan salah satu proses penting yang salingbehubungan
untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas seperti yangdiharapkan oleh
perusahaan.
Disusun oleh :
Nurul Fidayat 2012320020
Rina Kiki Oktaviani 2012320051
Alfian Rahmaddin 2012320089
Defta Efgarinca 2012320069
Ucok Saputra 2012320032
Yiyik Kusuma 2012320060
Vino 2012320123
Sumber :
Manullang
M. 2001. ManajemenSumberDayaManusia. (edisi-1), Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
BAB II
ORIENTASI PEGAWAI
2.1 Pengertian
Orientasi
Program
orientasi karyawan baru adalah program yang bertujuan
memperkenalkan tentang kehidupan sosial, budaya, dan lingkungan
kerja di sekitar tempat kerja.
Point
penting yang disampaikan kepada karyawan baru tersebut adalah
pengenalan tentang letak georgrafis Batam, Budaya, Sosial Ekonomi, infra
struktur, Fasilitas umum (Olaharaga, keagamaan, kemasyarakatan).
Peraturan tentang kehidupan di lingkungan dormitory, motivasi kerja.Setelah
memperkerjakan para karyawan, perusahaan menyelenggarakan program orientasi
formal. Berdasarkan yang ada,biasanya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a.
Orientasi organisasi, adalah memberitahu
karyawan mengenai tujuan, riwayat, filosofi, prosedur dan pengaturan organisasi
tersebut. Itu harus mencakup tunjangan kebijakan dan tunjangan SDM yang relevan
seperti jam kerja, prosedur penggajian tuntutan lembur dan tunjangan.
b.
Orientasi unit kerja, adalah
mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja tersebut, memperjelas
bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu dan mencakup perkenalan
dengan rekan-rekan kerja barunya.
2.2 TUJUAN ORIENTASI PEGAWAI ATAU
KARYAWAN
Program
Orientasi Karyawan Baru bertujuan untuk :
v Menyiapkan
mental bagi karyawan baru dalam menghadapi peralihan suasana dari lingkungan
pendidikan ke dunia kerja yang nyata.
v Menghilangkan
hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang baru.
v Mengenal
secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru.
Tujuan
orientasi menurut Moekijat (1991:94) adalah sebagai berikut :
·
Memperkenalkan pegawai baru dengan
perusahaan
·
Menghindarkan adanya kekacauan yang
mungkin disebabkan oleh seorang pekerja baru ketika diserahi pekerjaan baru
·
Memberi kesempatan pada pegawai untuk
menanyakan masalah tentang pekerjaan mereka yang baru
·
Menghemat waktu dan tenaga pegawai
dengan memeberitahukan kepada mereka ke mana harus meminta keterangan atau
bantuan dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbul
·
Menerangkan peraturan dan ketentuan
perusahaan sedemikian rupa sehingga pegawai baru dapat menghindarkan rintangan
atau tindakan hukuman yang akan terjadi karena pelanggaran peraturan yang tidak
mereka ketahui
·
Memberikan pengertian kepada pegawai
baru bahwa mereka adalah bagian yang penting di dalam sebuah organisasi
Orientasi
yang efektif akan mencapai beberapa tujuan utama:
·
Membentuk kesan yang menguntungkan pada
karyawan dari organisasi dan pekerjaan.
·
Menyampaikan informasi mengenai
organisasi dan pekerjaan.
·
Meningkatkan penerimaan antarpribadi
oleh rekan-rekan kerja.
·
Mempercepat sosialisasi dan integrasi
karyawan baru ke dalam organisasi.
·
Memastikan bahwa kinerja dan
produktivitas karyawan dimulai lebih cepat.
·
Usaha-usaha orientasi mengenai
organisasi dan pekerjaan.
·
Meningkatkan penerimaan antarpribadi
oleh rekan-rekan kerja.
·
Mempercepat sosialisasi dan integrasi
karyawan baru ke dalam organisasi.
·
Memastikan bahwa kinerja dan
produktivitas karyawan dimulai lebih cepat.
2.3 MANFAAT ORIENTASI
Manfaat
Orientasi
a.
Mengurangi perasaan diasingkan, kecemasan,
dan kebimbangan pegawai.
b. Dalam
waktu yang singkat dapat merasa menjadi bagian dari organisasi.
Hasil
lain untuk pegawai yang baru diorientasikan adalah
·
Cukupbaik
·
Tingkat ketergantungannya kecil
·
Kecenderungan untuk keluar juga kecil
·
Selanjutnya, program orientasi juga akan
mempercepat proses sosialisasi
2.4 Dampak Orientasi
(Dikutip
dari Academic of Management Journal : George F. Dreker, 1971), yaitu :
a. turnover
(keluar masuknya pegawai)
b. productivity
Hasil
yang dicapai dengan program orientasi pertama ini adalah
·
Tingkat kecemasan pegawai baru meningkat
·
Kemampuan untuk mempelajari hal-hal yang
baru menjadi sangat rendah
·
Bahkan banyak yang tidak kembali lagi
setelah makan siang
·
Ada juga yang tidak mengambil upahnya
hari itu
· Kejadian
kedua, bagian personalia mulai melakukan reaksi terhadap apa yang
terjadi, seperti berikut:
§ Mulai
merekrut pegawai lain dan juga melakukan penelitian tentang sebab terjadinya
hal-hal seperti pada program orientasi pertama tadi
§ Diadakan
perpanjangan waktu
§ Pada
pagi hari diberi informasi tentang banyak hal, misalnya struktur, tujuan jangka
panjang perusahaan, dan hal-hal lain yang sifatnya umum.
§ Penjelasan
dilakukan dan waktunya sekitar dua jam.
§ Kemudia
mereka diberi formulir (kalau bekerja disini apa yang mereka harapkan)
§ Sasarannya
menciptakan sikap positif dari para pegawai baru tersebut terhadap “Texas
Instruments”
§ Sebelum
makan siang mereka diperkenalkan pada supervisor dan bersama dengan pegawai
baru tersebut mereka makan bersama
§ Setelah
itu supervisor baru memperkenalkan kepada pegawai lama dari masing-masing unit
kerja, juga kepada pegawai di Assembly Line.
§ Dari
dua kejadian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
§ pada
program orientasi singkat : tingkat kecemasan meningkat sehingga kemampuan
melakukan sesuatu berkurang, sehingga pegawai merasa tidak mampu dan keluar
Pada program orientasi yang relatif lama
: tingkat kecemasan mulai diredakan melalui berbagai kegiatan, sehingga tingkat
kemampuan pegawai menjadi semakin baik dan keinginan untuk keluar pun menjadi
berkurang.
PENDEKATAN ORIENTASI YANG PATUT
DIHINDARI ADALAH:
A. Penekanan
pada kertas kerja. Setelah mengisi berbagai barang yang dibutuhkan oleh
departemen sumber daya manusia, para karyawan baru diberikan sambutan sepintas
lalu. Selanjutnya mereka diarahkan kepada penyelianya langsung. Kemungkinan
hasilnya: kalangan karyawan baru tidak merasa sebagai bagian dari perusahaan.
B. Telaah
yang kurang lengkap mengenai dasar-dasar pekerjaan. Suatu orientasi yang cepat
dan dangkal, dan para karyawan baru langsung
ditempatkan di pekerjaan tenggelam ataupun mengap-mengap.
ditempatkan di pekerjaan tenggelam ataupun mengap-mengap.
C. Tugas-tugas
pertama karyawan baru tidak signifikan, dimaksudkan untuk
mengajarkan pekerjaan “mulai dari dasar sekali”.
mengajarkan pekerjaan “mulai dari dasar sekali”.
D. Memberikan
terlampau banyak informasi secara cepat merupakan suatu
keinginan yang baik, namun menjadi pendekatan yang mencelakakan,
menyebabkan para karyawan baru merasa kewalahan dan “mati lemas”.
keinginan yang baik, namun menjadi pendekatan yang mencelakakan,
menyebabkan para karyawan baru merasa kewalahan dan “mati lemas”.
2.5 KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN ORIENTASI
SECARA UMUM
A.
Keuntungan
Orientasi
Usaha-usaha
orientasi yang efektif juga berkontribusi terhadap keberhasilan jangka pendek
dan jangka panjang. Praktik SDM sebagai berikut mengandung saran-saran mengenai
bagaimana membuat orientasi karyawan lebih efektif. Beberapa studi penelitian
dan survei atas pemberi kerja melaporkan bahwa sosialisasi dari
karyawan-karyawan baru dan komitmen awal merka pada perusahaan secara positif
dipengaruhi oleh orientasi. Sosialisasi ini meningkatkan “kecocokan antara
orang-organisasi”, yang juga menguatkan pandangan- pandangan positif terhadap
pekerjaan, rekan kerja, dan organisasi, para pemberi kerja telah menemukan
nilai dari orientasi bahwa tingkat retensi karyawan akan lebih tinggi jika
karyawan-karyawan baru menerima orientasi yang efektif. Bentuk pelatihan ini
juga berkontribusi pada kinerja organisasional secara keseluruhan ketika para
karyawan lebih cepat merasa sebagai bagian dari organisasi dan dapat mulai
berkontribusi dalam usaha-usaha kerja organisasional.
Satu
cara untuk mengembangkan efisiensi dari orientasi adalah melalui penggunaan
orientasi elektronik. Sejumlah pemberi kerja menempatkan informasi orientasi
karyawan umum pada intranet atau situs Web perusahaan. Para karyawan baru dapat
masuk ke dalam sistem dan mendapatkan banyak materi umum mengenai sejarah
perusahaan, struktur, produk dan jasa, pernyataan misi, dan informasi latar
belakang lainnya, dan tidak harus duduk di ruang kelas dimana informasi
tersebut disampaikan secara pribadi atau dengan video. Kemudian, pertanyaan dan
soal yang lebih spesifik dapat ditangani oleh staf SDM dan lainnya setelah para
karyawan meninjau informasi-informasi berbasis Web tersebut. Sayangnya banyak sesi
orientasi karyawan baru dirasakan sebagai hal yang membosankan, tidak relevan,
dan pemborosan waktu oleh karyawan, supervisor, dan manajer departemen mereka.
B.
KELEMAHAN ORIENTASI
Kelemahan
umum dari program orientasi adalah pada level supervisor. Walaupun bagian
kepegawaian telah merancang program orientasi secara efeketif dan juga melatih
para supervisor tentang cara bagaimana melakukan orientasi pada bidangnya,
namun seringkali mengalami kegagalan.Untuk dapat menghindarkan kesalahan umum
yang dilakukan oleh para supervisor, sebaiknya bagian kepegawaian menyediakan
satu pedoman yang berisikan tentang apa-apa yang seharusnya dilakukan oleh
supervisor dalam program orientasi tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah buddy system. Yaitu dengan menetapkan satu orang pekerja yang telah
berpengalaman dan meminta kepadanya mengajak pegawai baru tersebut.
2.6 HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DAN
HAL-HAL YANG DIHINDARI DALAM ORIENTASI
Orientasi
haruslah bermula dengan jenis informasi yang relevan dan segera untuk dilanjutkan
dengan kebijakan-kebijakan yang lebih umum tentang organisasi. Orientasi
haruslah berlangsung dalam kecepatan yang membuat karyawan baru tetap merasa
nyaman.Bagian paling signifikan adalah sisi manusianya, memberikan pengetahuan
kepada karyawan baru tentang seperti apa para penyelia dan rekan kerjanya,
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai standar kerja yang efektif,
dan mendorong mereka mencari bantuan dan saran ketika dibutuhkan
Karyawan-karyawan
baru sepatutnya didorong dan diarahkan dalam lingkungannya oleh karyawan atau
penyelia yang berpengalaman sehingga dapat menjawab semua pertanyaan dan dapat
segera dihubungi selama periode induksiKaryawan baru hendaknya secara perlahan
diperkenalkan dengan rekan kerja mereka. Karyawan baru hendaknya diberikan
waktu yang cukup untuk mandiri sebelum tuntutan pekerjaan mereka meningkat
2.7 TAHAP ORIENTASI
Beberapa
tahap orientasi yang penting dilakukan:
a.
Perkenalan
Memperkenalkan
pegawai baru, mulai dari unit kerjanya sendiri sampai unit kerja besarnya dan
sampai unit-unit kerja terkait lainnya, akan memberikan ketenangan dan
kenyamanan si pegawai, karena dia merasa diterima di lingkungannya dan hal
tersebut akan mempermudah dia untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang
jelas, bahkan dapat membina kerja sama dengan yang lain dalam rangka
menjalankan tugasnya.
b.
Penjelasan Tujuan Perusahaan
Dengan
menjelaskan profil perusahaan secara lengkap seperti visi, misi, nilai-nilai,
budaya perusahaan dan struktur organisasi, akan membuat pegawai baru lebih
mengenal perusahaan tersebut, sehingga akan membangkitkan motivasi dan
kemampuan dia untuk mendukung tujuan perusahaan.
c.
Sosialisasi Kebijakan
Perlu
adanya sosialisasi tentang kebijakan perusahaan yang berlaku, mulai dari
kebijakan baik yang terkait dengan Sumber Daya Manusia seperti Reward, Career,
Training, Hubungan Kepegawaian, Penilaian Pegawai, sampai Termination, juga
yang terkait dengan unit kerja tempat dia bekerja, demikian juga tentang kode
etik dan peraturan perusahaan. Dengan demikian akan memperjelas hal-hal yang
perlu ditaati dan dijalankan dalam memperlancar tugas kerjanya.
d. Jalur
Komunikasi
Membuka
jalur komunikasi akan mempermudah pegawai baru menyampaikan aspirasinya maupun
pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu dibukanya ruang komunikasi bagi pegawai
baru, baik melalui komunikasi rutin melalui tatap muka seperti meeting rutin,
friday session dll, juga dibukanya jalur media komunikasi seperti email maupun
telephone.
e. Proses
Monitoring
Tentunya
pada awal bekerja, si pegawai baru sudah disosialisasikan target kerja yang
harus dicapai. Perlu adanya monitor rutin akan hasil kerjanya, sehingga akan
membantu pegawai tersebut lebih lagi meningkatkan kinerjanya. Jika ada
kekurangan, maka dapat disampaikan hal-hal yang perlu dia lakukan untuk
mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika ternyata pegawai tersebut
berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat ditingkatkan lagi target
kerjanya.
Dengan
adanya orientasi pegawai baru tersebut diharapkan dapat membantu pegawai dapat
bekerja dengan baik, yang dapat meningkatkan produktivitas kerjanya, yang pada
akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Disusun oleh :
Sholihin 2012320084
Muh. Habibur
Rohman 2012320084
Achmad
Chizbullah Alwi 2012320089
Wisnudi 2012320005
Rika Utami 2012320061
Upik Adriani C. 2012320076
Ardiansyah 2012320082
Sumber :
http://library.usu.ac.id/download/ft/industri-sugih2.pdf, Diakses Kamis, 12 Juni 2014
http://jobanalysisworld.blogspot.com/.
Diakses Kamis, 12 Juni 2014
Sondang, P.Siagian , Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, 1991.
Faustino, Cardoso, Gomes, Manajemen sumber Daya Manusia, Andi
Yogyakarta, 1995
Ike Kusdaya, Rachmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia , Andy
Yogyakarta , 2007
BAB
III
PENILAIAN
KINERJA PEGAWAI
Suatu penelitian telah memperlihatkan bahwa
suatu lingkungan kerja yang menyenangkan sangat penting untuk mendorong tingkat
kinerja karyawan yang paling produktif. Dalam interaksi sehari-hari, antara
atasan dan bawahan, berbagai asumsi dan harapan lain muncul. Ketika atasan dan
bawahan membentuk serangkaian asumsi dan harapan mereka sendiri yang sering
agak berbeda, perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya berpengaruh pada tingkat
kinerja.
Kinerja adalah hasil seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.(Rivai & Basri, 2004: 14 ).
3.1
Pengertian
Kinerja
Kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja
dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
baik (Donnely, Gibson and Ivancevich: 1994).
Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu
tolok ukur kinerja individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja
individu, yakni: tugas individu;
perilaku individu; dan ciri individu (Robbin: 1996)
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri,
tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan kompensasi serta dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan
dan sifat individu. Dengan demikian kinerja individu dapat ditingkatkan apabila
ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan.
Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang
telah ditetapkan untuk pekerjaan itu.
3.2
Proses
Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu proses
membandingkan kinerja karyawan dengan standar yang ditetapkan oleh
organisasi. Pengertian penilaian kinerja menurut Noe, et al, (2000) bahwa
penilaian kinerja hanya merupakan salah satu bagian dari proses manajemen
kinerja secara luas. Manajemen kinerja didefinisikan sebagai suatu proses
dimana manajer yakin bahwa aktivitas dan output karyawan telah sesuai dengan sasaran
organisasi.
Pengertian diatas memberikan arti bahwa
system manajemen kinerja memiliki tiga bagian, yaitu:
§ Pendefinisian kinerja
§ Pengukuran kinerja
§ Pemberian umpan balik informasi
kinerja
Penilaian dan umpan balik kinerja dapat
terjadi baik secara formal maupun informal. Penilaian dan umpan balik
kinerja secara informal adalah ketika supervisor memberi tahu dan berkomentar
terhadap kinerja disaat terjadi kinerja baik atau buruk. Sedangkan
penilaian dan umpan balik kinerja yang lebih formal merupakan suatu kajian
kinerja tahunan yang terstruktur, dimana supervisor menilai setiap kinerja
karyawan dengan menggunakan prosedur penilaian resmi, yaitu suatu
system/pro-sedur yang dirancang oleh organisasi untuk menilai/mengevaluasi
kinerja karyawan secara regular dan sistematis.
Penggunaan metode formal atau informal
tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh ukuran organisasi. Organisasi yang
lebih besar cenderung menggunakan kedua-duanya, baik formal maupun
informal. Sebaliknya,
organissi yang lebih kecil, cenderung mengunakan metode informal.
3.3
Fungsi
Penilaian Kinerja
Ada beberapa fungsi dan kegunaan yang dapat diperoleh dari
penilaian kinerja. Menurut Byars dan Rue (1997), penilaian kinerja adalah
untuk pembuatan keputusan administrative yang berkaitan dengan promosi,
pemberhentian, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan upah berdasarkan atas
jasa karyawan.
Penggunaan lain dari penilaian kinerja
adalah mendorong peningkatan kinerja. Dalam hal ini, peningkatan kinerja
digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan karyawan mengenai bagaimana mereka
bekerja dan saran yang diperlukan untuk merubah perilaku, sikap, keahlian atau
pengetahuan. Ini merupakan tipe umpan balik yang menjelaskan kepada
karyawan tentang pekerjaan yang diharapkan olh manajer.
Fungsi dan kegunaan yang lain, bahwa
informasi yang berasal dari penilaian kinerja dapat digunakan sebagai input
untuk validasi prosedur seleksi, dan input untuk perencarnaan sumberdaya
manusia.
3.4
Prosedur
Penilaian Kinerja
Menurut Ivancevich (1992), kemampuan menghasilkan data yang
akurat dan reliable akan meningkat jika mengikuti suatu proses sistematis yang
terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu:
a.
mengadakan standar kinerja untuk setiap
posisi dan kriteria evaluasinya.
b.
mengadakan kebijaksanaan evaluasi
kinerja berkaitan dengan kapan penilaian dilakukan, seberapa sering dan siapa
yang harus menilai.
c.
memiliki penilai yang mengumpulkan data
kinerja karyawan
d.
memiliki penilai yanag mengevaluasi
kinerja karyawan
e.
mendiskusikan
evaluasi tersebut dengan karyawan
f.
membuat
keputusan dan menyimpan hasil evaluasi tersebut
3.5 Pendekatan dalam Penilaian Kinerja Pegawai
A. Pendekatan Komparatif, adalah
pendekatan yang menuntut penilai untuk membandingkan kinerja individu dengan
individu lain. Yang termasuk pendekatan komparatif antara lain:
v Ranking
v Forced distribution (distribusi yang dipaksakan)
v Paired comparison (pembandingan berpasangan.
B. Pendekatan Atribut, adalah
pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada sejauh mana individu memiliki
atribut tertentu (cirri atau sifat) yang diyakini diperlukan untuk keberhasilan
perusahaan. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini cenderunguntuk
menetapkan seperangkat sifat (seperti inisiatif, kepemimpinan dan kemampuan
bersaing/competitiveness) dan menilai individu pada sifat-sifat tersebut.
C. Pendekatan Keperilakuan, adalah
pendekatan yang berusaha untuk mendefinisikan perilaku karyawan yang harus
efektif dalam pekerjaan (Noe, et. Al, 2000). Menurut Noe (2000), teknik
yang tergantung pada pendekatan keperilakuan antara lain:
v Critical Incident (Insiden kritis)
v Behavioral Anchored Rating Scale (skala penilaian berdasarkan
perilaku)
v Behavioral Observation Scales (skala observasi berhubungan
dengan perilaku)
D. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management
by Objectives/MBO), pendekatan ini lebuh umum digunakan untuk professional
dan karyawan manajerial.
Sumber:
Manajemen Sumber Daya Manusia: Robert L Mathis, John H Jackson, Thomas,
Penerbit Salemba Empat, 2002
Metode penilaian kinerja lain,
dikemukakan oleh Mathis sebagai berikut:
a. Metode Penilaian Kategori, adalah metode yang menuntut manajer
memberi nilai untuk tingkat-tingkat kinerja karyawan dalam formulir khusus yang
dibagi dalam kategori-kategori kinerja
- Metode Perbandinganadalah
metode yang menuntut manajer secara langsung membandingkan kinerja
karyawan satu sama lain.
- Metode Naratifpada metode ini
para manajer dan spesialis sumber daya manusia diminta untuk memberikan
informasi penilaian tertulis. Catatan yang dibuat lebih
mendeskripsikan tindakan karyawan daripada mengindikasikan suatu penilaian
yang sebenarnya.
- Metode Tujuan/Perilakumetode
ini berusaha mengatasi kesulitan dari metode diatas dengan menggunakan
beberapa pendekatan perilaku yang berbeda.
3.6 Kendala dalam Penilaian Kinerja Pegawai
a.
Beberapa
kesalahan dalam penilaian salah satu kesalahan dalam penilaian kinerja adalahefek
halo. Disamping itu preferensi personal, prejudis dan bias juga dapat
menyebabkab kesalahan dalam penilaian kinerja.
b.
Mengatasi
kesalahan dalam penilaian. Suatu pendekatan yang cukup menjanjikan untuk
mengatasi kesalahan dalam penilaian kinerja adalah meningkatkan keahlian
penilai. Penilai harus dilatih untuk dapat mengobservasi perilaku lebih
akurat dan memberikan pertimbangan lebih fair.
Disusun oleh :
Prana Ning Tyas 2012320093
Basuki Rahmat 2012320067
Haujaki Amkanaki 2012320121
Erviana 2012320007
Desy Puspitasari 2012320030
Aulia Dzul Fadly 2012320064
Sumber :
Marihot, Tua, Efendi, Hariandja, Manajemen sumber Daya
manusia, Grasindo ,2009
Moekijat, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV.
Mandar Maju, 2010
http://id.shvoong.com/books/dictionary/2123878-definisi-pengertian-job-analysis/#ixzz2yxbJFpfO. Diakses Kamis, 12 Juni 2014
BAB IV
PRINSIP RIGHT MAN IN RIGHT PLACE
Salah
satu unsur dalam manajemen SDM adalah pendayagunaan yaitu menempatkan orang
sesuai dengan kompetensinya sehingga bisa bekerja dengan optimal. Istilah lain
yang sering digunakan adalah the right man in the right place. Dalam
hal ini para manajer harus bisa melihat kemampuan atau kompetensi karyawannya
sehingga bisa menempatkan dalam posisi yang pas. Karena hal ini akan
berpengaruh terhadap kinerjanya. Apabila karyawan kita tidak punya kompetensi
yang sesuai, maka tentu saja hasilkan tidak akan seperti yang kita harapkan.
Konsep
pendayagunaan ini sangat mudah diucapkan namun tidak mudah untuk diterapkan.
Terbukti masih banyak karyawan menyatakan tidak pas dengan tugas yang
diberikan, atau atasan yang menilai stafnya tidak bisa bekerja dengan baik.
Padahal mungkin saja memang kompetensi dan kemampuannya tidak pas dibidang yang
di berikan. Dalam hal ini diperlukan upaya untuk menilai dan menggali
kompetensi seseoranghingga memahami nilai-nilai(values) yang ada pada
dirinya, kemudian disesuaikan dengan bidang pekerjaan yang tepat buatnya.
Keseluruhan tahap ini memerlukan waktu dan kesabaran dan pemahaman pengetahuan
yang baik untuk dapat menerapkannya.
4.1 Konsep
Strategi Right Man on Right Place
Penempatan
pegawai bertujuan untuk menempatkan manusia yang tepat pada jabatan yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi kerja pegawai. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan
unsur yang sangat penting bagi organisasi, maka pengelolaan sumber daya manusia
harus dilakukan secara professional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan
akan kemampuan sumber daya manusia sebagai pegawai dengan tuntutan organisasi.
Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama organisasi agar dapat berkembang
secara produktif. Pencapaian terhadap keseimbangan tersebut dapat dimulai dari
perekrutan, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan
kemampuan, penataan dan perkembangan karirnya.
Penempatanmerupakanbagiandari proses pengadaanpegawai.
Dengandemikianpelaksanaannyahendaknyamemperhatikanprinsipefisiensiyaitukesesuaianantarakeahlian
yang dipersyaratkanolehorganisasi yang bersangkutandengan yang
dimilikiolehpegawai.Penempatan yang efektifdanefisienmenjadikewajibantenagakerja
yang bertugasmenjalankanfungsi-fungsimanajemensumberdayamanusia.
Jikafungsitersebuttidakdilaksanakandenganbaikmakadengansendirinyaakanberakibat
fatal terhadappencapaiantujuanorganisasi (Games, 1997).
Penempatanpegawaiberkaitandenganpencocokanseseorangdenganjabatan
yang
dipegangnya.Pencocokanitumeliputikebutuhanorganisasiterhadappengetahuanpegawaidanketrampilanpegawai
(Schuler dan Jackson, 1997).MenurutSiagian, 1998, faktorpengalaman pun
perlu diperhatikandalampenempatanpegawai.
DalamUndang-undangPokokKepegawaianPasal 17
disebutkanbahwapengangkatanPegawaiNegeriSipildalamsuatujabatandilaksanakanberdasarkanprinsipprofesionalismesesuaidengankompetensi,
prestasikerja, danjenjangpangkat yang
ditetapkanuntukjabatanitusertasyaratobyektiflainnyatanpamembedakanjeniskelamin,
suku, agama, ras,ataugolongan. Dan dalamPasal 20
dijelaskanbahwauntuklebihmenjaminobyektivitasdalampengangkatanjabatandankenaikanpangkatmakadilakukanpenilaianprestasikerja.
MenurutMangkunegara (2000) prestasikerjamerupakansuatuhasilkerjasecarakualitasdankuantitas
yang dicapaiseorangpegawaidalammelaksanakantugasnyasesuaidengantanggungjawab
yang diberikanpadanya.SedangkanMenurutSiswanto (1989),
prestasikerjaadalahhasilkerja yang dicapaiolehseorangtenagakerjadalammelaksanakantugasdanpekerjaan
yang dibebankankepadanya.
Penilaianprestasikerjapegawaiadalahsuatu proses
penilaianprestasikerja yang
dilakukanpemimpinorganisasisecarasistematikberdasarkanpekerjaan yang
ditugaskankepadanya (Mangkunegara, 2000). MenurutHasibuan (2001) penilaianprestasikerjaadalahmenilairasiohasilkerjanyatadenganstandarkualitasmaupunkuantitas
yang dihasilkansetiappegawai.SedangkanmenurutPeraturanMenteri PAN dan RB Nomor
46 Tahun 2011, prestasikerjaadalahhasilkerja yang dicapaiolehsetiap PNS
padasatuanorganisasisesuaidengansasarankerjapegawaidanperilakukerja.
Penilaianprestasikerja PNS
bertujuanuntukmenjaminobjektivitaspembinaan PNS yang
dilakukanberdasarkansistemprestasikerjadansistemkarier yang
dititikberatkanpadasistemprestasikerja.UnsurpenilaiannyaadalahSasaranKerjaPegawai
(SKP) danperilakukerja.
Setiappegawaimempunyaipotensidankemampuan yang
berbeda-bedadenganpegawailainnya.Perbedaanitumembuatsetiappegawaibekerjadengankemampuan
yang berbeda pula.Perbedaantersebutsangatlahberpengaruhterhadappenempatanpegawaipadaposisi
yang tepatdansesuaidenganpengetahuan, keterampilan, dansikap yang dimiliki.Hal
inisangatpentingbagiorganisasigunamencapaiprestasikerjapegawaisecaramaksimal.
BerkaitandenganSasaranKerjaPegawai (SKP) yang
rencananyaolehPemerintahakanditerapkanmulaitahun 2014,
penempatanpegawaisangatlahpentingdalamrangkapencapaiansasarantersebut.
Jikapegawaitidaksesuaidenganpenempatannya yang semestinya,
makasulituntukmencapaisasarankarenatidaksesuaidengantugaspokoknya.Hal
iniseringterjadi, yaitumisalnyapegawaidenganjabatanfungsionaltertentu (contoh;
PengendaliEkosistemHutan, jabatanfungsionaltertentu di
bawahnaunganKementerianKehutanan) yang
ditempatkanpadabagianadministrasiatautatausaha.
Penempatanpegawaisebaiknyaberpedomanpadaprinsip “penempatan
orang-orang yang tepatpadatempat yang tepatdanpenempatan orang yang
tepatuntukjabatan yang tepat” atau “the right man in the right place and
the right man on the right job”.
Tepattidaknyapenempatanpegawaibergantungpadakesesuaianantarapekerjaan,
kecocokankepribadian, minat, kesukaan,
sertakesempatandanbudayaterkaitdenganorganisasisecarakeseluruhan.Hal
inisesuaidenganpendapat Schuler dan Jackson
bahwapenempatanberkaitandenganpencocokanseseorangdenganjabatan yang
dipegangnyaberdasarkanpadakebutuhandanpengetahuan, keterampilan,
kemampuandankepribadianpegawaitersebut (Schuler dan Jackson, 1997).
4.2 Solusi
dalam Kesalahan Penempatan Pegawai
Sesungguhnya
untuk mencapai keberhasilan suatu pekerjaan khusus untuk kerja
kantoran bukan harus rotasi (mutasi) terhadap pelaksana, namun salah
satunya adalah peningkatan sumberdaya manusianya itu sendiri, jika terjadi
mutasi terhadap pelaksana semestinya bukan untuk mencapai keberhasilan
melainkan merupakan suatu kemunduran, karena seorang pelaksana yang baru di
mutasi tidak mudah untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru,
apalagi kalau pelaksana tersebut harus mempunyai peran ganda, tentu tidak mudah
untuk melaksanakan pekerjaannya lebih baik dari pelaksana sebelumnya.
Dengan
alasan jenuh terhadap suatu pekerjaan tentunya perlu adanya langkah yang harus
diambil oleh atasan langsung bagaimana agar si pelaksana tidak jenuh terhadap
pekerjaan yang di embannya, tentunya seorang atasan yang bijaksana tidak harus
serta merta melakukan mutasi terhadap pelaksana.
Mungkin
dengan cara memberikan bonus terhadap hasil pekerjaannya adalah sesuatu yang
mungkin dapat menghilangkan rasa jenuh tersebut, atau mungkin
memberikan kesempatan cuti untuk berlibur selama sepekan dalam kurun waktu per
empat bulan dengan biaya kantor yang merupakan bonus dari hasil pekerjaannya.
Mungkin
juga sebagai atasan merasa gerah karena selama ini tingkah laku bawahannya yang
terlanjur mengetahui belangnya, karena mungkin belum pantas untuk menduduki
jabatan tersebut baik dari pelaksanaan pekerjaan sehari-hari maupun ketidak
mampuan dalam mengambil suatu kebijakan atau bahkan ada keinginan yang harus
disembunyikan oleh seorang atasan tersebut atau bahkan mungkin karena melihat
beberapa pelaksana yang kelihatan kompak dalam melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari sehingga takut atasannya tersebut tergeser dari jabatan yang
sekarang didudukinya, sehingga atasan tersebut harus melakukan mutasi terhadap
bawahannya dengan alasan karena sudah terlalu lama sebagai pelaksana disalah
satu pekerjaan yang dilaksanakannya selama ini.
Sebenarnya
mutasi dapat dilakukan dalam rangka promosi untuk menduduki suatu jabatan yang
lebih tinggi, bukan untuk menggeser bawahannya yang tidak sepaham dengan
atasan.Kinerja individu tergantung pada dua faktor, yakni faktor internal yang
terdiri dari motivasi, pengalaman, keahlian, sifat-sifat, kemampuan dan faktor
eksternal yang terdiri dari kelelahan dan kebosanan, fasilitas kerja, cahaya,
udara, kemarahan, kegaduhan dan keselamatan kerja. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan faktor eksternal lebih banyak diciptakan oleh lingkungan kerja.
Jika
seorang pelaksana telah menyenangi suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus, maka sebaiknya atasan melakukan peningkatan kemampuannya dengan cara
memberikan bimbingan teknis untuk menambah wawasannya bukan harus memutasi
pelaksana tersebut untuk menambah pekerjaan baru yang belum pernah
dikerjakannya, tentunya pelaksana tersebut harus belajar beberapa waktu agar
dapat melaksanakan pekerjaan yang baru tersebut.
Disusun oleh :
Masduki 2012320054
Yuli Febriani 2012320103
Galih Rangga B. 2012320106
Andi Sutrisno 2012320095
Fandy Utomo
Sumber :
Faustino, Cardoso, Gomes,
ManajemensumberDayaManusia, Andi Yogyakarta, 1995
Ike Kusdaya, Rachmawati,
ManajemenSumberDayaManusia , Andy Yogyakarta , 2007
Marihot, Tua, Efendi, Hariandja, ManajemensumberDayamanusia, Grasindo
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1
Konsep Staffing
Menurut
R. Duane dan J. Clifton (1989;p. 239) staffing merupakan proses formal dari
memastikan bahwa organisasi mempunyai sumber daya berijazah atau memenuhi
syarat untuk mendekati tujuan, dan mewakili sumber hidup dari setiap
perusahaan.
Menurut
Jhon (1984) staffing dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengisi
pekerjaan dengan orang yang tepat. Hal inimerupakan bagian daritugas manajer
organisasi. Dan ini merupakan seni dari penempatan orang-orang yang berijazah
atau memenuhi syarat dan antusias ke dalam posisi jabatanpekerjaan yang
ditawarkan.
Menurut
T. Hani Handoko (2003 ; 233) penusunan personalia (staffing) adalah fungsimanajemen
yang berkenaan dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan
pengembangan anggota-anggota organisasi.
5.1.2
Proses Penyusunan Personalia (Staffing)
Proses
penyusunan personalia (staffing process) dapat dipandang sebagai serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan terus menerus untuk menjaga pemenuhan kebutuhan
personalian oraganisasi dengan orang-orang yang tepat dalam posisi-posisi tepat
dan pada waktu yang tepat. Adapun langkah-langkah dalam proses penyusunan
pesonalia atau staffing process sebagai berikut :
a. Perencanaan
Sumber Daya Manusia,
Perencanaan sumber daya
manusia adalah mencakup semua kegiatan yang dibutuhkan untuk menyediakan tipe
dan jumlah karyawan secara tepat dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga
bagian perencanaan personalia yang dibutuhkan :
v Penentuan
Kebutuhan Jabatan
v Penyusunan
personalia organisasi dimulai dengan penentuan tujuan dan rencana organisasi
v Penentuan
spesifikasi jabatan ( job specification ) jenis-jenis jabatan dan keterampilan
yang dibutuhkan.
v Meramalkan
jumlah karyawan yang dibutuhkan dimasa mendatang
v Persediaan
karyawan untuk melaksanakan berbagai kegiatan
Penentuan
spesifikasi jabatan yaitu hasil dari proses analisa jabatan (job analisys) yang
terdiri dari penentuan keahlian dan keterampilan yang dipunyai, tanggung jawab,
pengetahuan mengenai pekerjaannya, wewenang yang dimiliki serta hubungan yang
ada dalam setiap jabatan dalam suatu organisasi. Proses analisa jabatan juga
menghasilkan deskripsi jabatan.
b. Pengembangan
Sumber-sumber Penawaran Personalia
Ada dua sumber perolehan tenaga kerja yaitu sumber intern dan sumber ekstern, tapi manajer lebih menyukai perolehan dari sumber intern, karena dapat memotivasi karyawan yang sudah ada, tetapi juga manajer perlu mencari orang yang tepat dalam menduduki suatu posisi agar pekerjaan dapat berjalan secara efektif dan efisien dari luar organisasi.
Ada dua sumber perolehan tenaga kerja yaitu sumber intern dan sumber ekstern, tapi manajer lebih menyukai perolehan dari sumber intern, karena dapat memotivasi karyawan yang sudah ada, tetapi juga manajer perlu mencari orang yang tepat dalam menduduki suatu posisi agar pekerjaan dapat berjalan secara efektif dan efisien dari luar organisasi.
Ada tiga sumber
penawaran intern yaitu :
v Penataran
( upgrading ) yaitu dengan mendidik dan memberi pelatihan
v Pemindahan
( transferring ) yaitu posisi yang kurang disenangi ke posisi lain yang lebih
memuaskan kebutuhan
v Pengangkatan
( promoting ) yaitu pengangkatan ke jabatan yang lebih tinggi lagi.
c. Sumber
ekstern penawaran tenaga kerja dapat diperoleh antara lain dari lamaran pribadi
yang masuk, organisasi karyawan, kantor penempatan tenaga kerja,
sekolah-sekolah, para pesaing, immigrasi dan migarasi.
5.1.3
Penarikan
Penarikan
( recruitment ) berkenaan dengan pencarian dan penarikan tenaga kerja potensial
dalam jumlah yang tepat dan dengan kemampuan untuk mengisi suatu jabatan
tertentu yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
Penarikan
menyangkut usaha untuk memperoleh karyawan dalam jumlah yang tepat dengan
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan-jabatan yang
tersedia.
Metode
yang digunakan untuk penarikan tenaga kerja bisa dilakukan dengan melalui
iklan, leasing (penggunaan tenaga honorer), rekomendasi dari karyawan yang
sedang bekerja, lamaran pribadi, lembaga-lembaga pendidikan, kantor penempatan
tenaga kerja, serikat buruh dan penggunaan komputer.
5.1.4
Seleksi
Seleksi
yaitu pemilihan tenaga kerja potensial untuk menduduki suatu jabatan tertentu
dari lamaran yang masuk. Adapun langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang
dapat digunakan yaitu :
a. Wawancara
pendahuluan
b. Pengumpulan
data-data pribadi ( biografis )
c. Pengujian
( testing )
d. Wawancara
yang lebih mendalam
e. Pemeriksanaan
referensi-referensi prestasi
f. Pemeriksaan
kesehatan
g. Keputusan
pribadi
h. Orientasi
jabatan
Ada
beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi prestasi karyawan. Beberapa faktor
lain mungkin juga berpengaruh dalam kondisi-kondisi tertentu, tetapi tidak
mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam diri
karyawan potensial.
5.1.5
Latihan dan Pengembangan
Tujuan
latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja
karyawan dan mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Peningkatkan
efektivitas kerja dapat dilakukan dengan latihan (training) dan atau
pengembangan. Latihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan keterampilan-keterampilan
dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci dan rutin. Sedang
pengembangan lebih luas ruang lingkupnya dalam meningkatkan kemampuan, sikap
dan sifat-sifat kepribadian serta penyesuaian diri dengan kemajuan teknologi.
Pada
umumnya karyawan dikembangkan dengan metode yaitu :
a. Metode-metode
‘on the job”
b. Pengembangan
“off the job”
c. Penilaian
Pelaksanaan Kerja
Di
dalam penilaian pelaksanaan kerja dilakukan dengan membandingkan antara
pelaksanaan kerja perseorangan dan standar-standar atau tujuan-tujuan yang
dikembangkan bagi posisi tersebut.
5.1.6
Pemberian Jasa dan Penghargaan
Pemberian
jasa dan penghargaan yang disediakan bagi karyawan sebagai kompensasi
pelaksanaan kerja dan sebagai motivasi bagi pelaksanaan di waktu yang akan
datang.
Kompensasi
adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa
untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan
kegiatan di waktu yang akan datang. Dalam pemberian kompensasi ini harus
memperhatikan prinsip keadilan, yaitu pada bagaimana mereka melihat nilai
relatif dibandingkan yang lain yang berdasarkan pada tanggung jawab yang
diemban, kemampuan yang dimiliki, produktivitas dan kegiatan-kegiatan
manajerial.
5.1.7
Perencanaan dan Pengembangan Karir
Dalam
perencanaan dan pengembangan kakir mencakup transfer (promosi, demosi dan
lateral), penugasan kembali, pemecatan, pemberhentian dan pension.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar